Covid-19 Belum Sirna, Candida Auris, Jamur Mematikan Kebal Obat Mengancam

Covid-19 Belum Sirna, Candida Auris, Jamur Mematikan Kebal Obat Mengancam (Foto Ilustrasi Istimewa)
Covid-19 Belum Sirna, Candida Auris, Jamur Mematikan Kebal Obat Mengancam (Foto Ilustrasi Istimewa) (Foto : )
Kasus global pandemi virus corona Covid-19 telah membuat kematian hingga 100 juta jiwa lebih di seluruh dunia.
Selain merenggut jiwa, Covid-19 juga menjadi sumber segala kesengsaraan saat ini, termasuk merambah ke sektor ekonomi.Hingga kini, belum ada yang bisa memastikan kapan Covid-19 bakal sirna dari muka bumi ini.Saat pandemi Covid-19 itu masih mendera,  ahli sudah mengingatkan soal penyakit mematikan lain.Seperti dikutip dari DailyStar, infeksi jamur, Candida auris namanya. Jamur ini digambarkan sebagai “patogen yang hampir sempurna” oleh Johanna Rhodes, ahli epidemiologi genomik di Imperial College London.Jamur ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 2009. Kala itu ia terlihat menginfeksi saluran telinga seorang wanita Jepang.Kemudian organisme yang resistan terhadap obat itu terlihat pada pasien di seluruh dunia.Kasus pertama di Eropa didiagnosis di Rumah Sakit Royal Brompton London pada Juni 2016.Dr Rhodes, yang merupakan salah satu spesialis yang dipanggil untuk membantu memberantas wabah Royal Brompton, mengatakan. Jamur hampir tidak mungkin dimatikan dengan obat antijamur yang tersedia saat ini.“Salah satu hal yang membuat Candida auris sangat menakutkan adalah kenyataan bahwa ia dapat bertahan di permukaan benda mati. Untuk waktu yang lama dan menahan apa pun yang Anda lemparkan,” katanya kepada New Scientist.Sebanyak 372 orang terinfeksi dan 85 mengembangkan infeksi jamur yang ditularkan melalui darah yang mematikan. Dari jumlah tersebut, 41% meninggal dalam waktu sebulan.Setelah satu pasien meninggal karena infeksi di Rumah Sakit Mount Sinai cabang Brooklyn. Administrator harus menghancurkan kamarnya untuk membasmi jamur.“Semuanya positif - dinding, tempat tidur, pintu, tirai, telepon, wastafel, papan tulis, tiang, pompa,” ujarnyaDr. Scott Lorin. presiden rumah sakit mengatakan kepada New York Times, menambahkan semua yang ada di ruangan itu positif.“Kasur, rel tempat tidur, lubang tabung, tirai jendela, langit-langit, semua yang ada di ruangan itu positif,” ujar Dr. Scott Lorin.Sama seperti "superbug" yang tahan antibiotik. Jamur mengembangkan strain yang tidak dapat dikalahkan oleh senjata kita yang tersedia.“Kami sekarang melihat strain yang resisten terhadap semua kelas antijamur,” ujar Mahmoud Ghannoum. Spesialis penyakit jamur di Case Western Reserve University di Ohio.“Kami selalu memiliki bakteri yang kebal terhadap berbagai obat, tetapi kami tidak mengalami masalah dengan jamur sampai sekarang,” tambahnya.Alasan perubahan cara bentuk kehidupan purba ini berperilaku tidak diketahui secara pasti.Perubahan pada praktik pertanian baru yang "lebih hijau" dengan menggunakan lebih banyak kompos dan limbah hijau.Hal itu mungkin telah menyediakan lingkungan yang ideal bagi jamur untuk berkembang biak.Arturo Casadevall dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health di Maryland telah menyarankan. Bahwa perubahan iklim telah mendorong evolusi Candida auris menuju bentuk yang lebih tahan panas,Hal itu dapat berkembang dalam tubuh manusia yang relatif hangat padahal asal tepatnya mungkin tidak akan pernah diketahui.“Itu adalah makhluk dari laguna hitam,” kata Dr. Tom Chiller, yang menjalankan divisi antijamur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS."Itu menggelembung dan sekarang ada di mana-mana," tambahnya.Begitu Candida auris masuk ke aliran darah korbannya, itu bisa mematikan. Meskipun tingkat kematian pastinya sulit untuk ditentukan.Karena jamur paling sering menyerang orang yang sudah berada di rumah sakit dengan kondisi lain.Angka dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit menunjukkan bahwa hampir setengah dari orang yang terinfeksi jamur akan mati dalam 90 hari.Lynn Sosa, wakil ahli epidemiologi negara bagian Connecticut, mengatakan bahwa dia sekarang melihat Candida auris sebagai ancaman. Bahkan menjadi ancaman "teratas" di antara infeksi yang kebal.“Ini tidak terkalahkan dan sulit untuk diidentifikasi,” katanya.Wabah London 2016 menginfeksi lebih dari 70 orang sebelum Johanna Rhodes dan timnya mampu mengatasinya.Pada awal 2019, lebih dari 260 kasus telah dikonfirmasi di Inggris. Ribuan kasus lainnya telah diidentifikasi di seluruh dunia.Mahmoud Ghannoum berkata bahwa kita harus siap melawan pandemi berikutnya sebelum dimulai.“Covid-19 mengajari kita bagaimana sebuah pandemi dapat muncul secara tak terduga. Juga berdampak luas pada kesehatan, ekonomi, dan struktur sosial kita,” katanya.“Kita perlu berinvestasi lebih banyak dalam penelitian dan pengembangan, dan mempersiapkan pertahanan kita. Untuk melawan semua jenis patogen menular," pungkasnya.