Kementerian Pertanian (Kementan) memperkirakan tren harga eceran telur ayam ras akan mengalami penurunan sampai pertengahan Februari 2021, jika permintaan terhadap komoditas ini tidak meningkat signifikan.
Kepala Bidang Harga Pangan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Inti Pertiwi mengatakan, pemicu turunnya harga telur adalah produksi yang berlimpah, namun tidak terserap banyak oleh pasar.Hal itu karena adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) terutama di wilayah Jawa yang diperpanjang sampai 8 Februari 2021, sehingga mengakibatkan konsumsi dan permintaan telur ayam berkurang."Proyeksi kami jika tidak ada upaya menahan turunnya harga telur, harga akan turun sampai minggu kedua Februari," kata Isti di Jakarta, Jumat (29/1/2021), dilansir dari Antara.Ia menjelaskan penurunan harga telur hingga Februari ini terlihat dari neraca bulanan yang surplus hingga 38.136 ton. Setelah itu harga telur akan mengalami peningkatan hingga mencapai Rp25.453 per kilogram pada akhir Mei 2021 karena defisit telur sebanyak 23.780 ton. Berdasarkan data Asosiasi Peternak Layer Nasional, harga telur ayam di tingkat peternak saat ini berada pada kisaran Rp16 ribu hingga Rp17 ribu per kilogram.Harga tersebut jauh di bawah harga acuan pemerintah sebesar Rp19 ribu hingga Rp 21.000 per kilogram, berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 7 Tahun 2020.Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional per 29 Januari 2021, harga rata-rata telur ayam ras segar secara nasional di tingkat konsumen mencapai Rp26.650 per kilogram.Menyikapi hal ini, peternak layer atau telur ayam ras yang tergabung dalam Koperasi Peternak Unggas Sejahtera Blitar berkirim surat kepada Menteri Sosial Tri Rismaharini, terkait permintaan agar pemerintah dapat menyerap telur produksi peternak sebagai Bahan Pangan Non-Tunai (BPNT).
Antara
Baca Juga :