Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengumumkan realisasi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga akhir Desember 2020 mencapai Rp956,3 triliun.
Dengan demikian defisit APBN hingga Desember 2020 setara minus 6,09 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Realisasinya sebesar 92 persen dari target tahun ini, Rp1.039,2 triliun.Jika dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun sebelumnya, defisit tahun ini jauh lebih buruk. Pada Desember 2019 defisit sebesar Rp348,7 triliun atau setara 2,2 persen dari PDB."Angka ini lebih baik dari yang kita tulis dari Perpres 72 yaitu Rp82,9 triliun," kata Sri Mulyani, Rabu (6/1/2021), dilansir dari viva.co.id.Pendapatan negara hingga akhir 2020 terealisasi Rp1.633,6 triliun atau minus 16,7 persen dibanding November 2019. Jika dibandingkan target Rp1.699,9 triliun, realisasinya 96,1 persen."Itu adalah shock yang terjadi karena kombinasi antara penerimaan pajak yang turun dan insentif yang kita berikan untuk membantu sektor usaha," tuturnya.Sementara itu, belanja negara terealisasi Rp2.589,9 triliun, tumbuh 12,2 persen dari periode yang sama tahun lalu. Realisasinya sudah mencapai 94,6 persen dari target Rp2.739,2 triliun."Terutama untuk belanja pemerintah pusat yang naik hingga 22,1 persen dibandingkan realisasi 2019, artinya pemerintah pusat tahun ini belanja Rp1.827,4 triliun," ujarnya.Dengan catatan itu, keseimbangan primer defisit Rp642,2 triliun atau mencapai 91,7 persen dari target tahun ini yang minus Rp700,4 triliun. Defisit itu tumbuh 778,1 persen dari November 2019."Ini menunjukkan bahwa APBN bekerja luar biasa sehingga APBN harus kita jaga ke depannya. Tidak mungkin dia harus terus-menerus mengalami tekanan luar biasa," ungkap Sri Mulyani.
Viva
Baca Juga :