Indonesia merupakan negara yang rawan dilanda bencana tsunami. BMKG mengungkap sejarah tsunami yang terjadi tiap Desember di negeri ini.
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono menjelaskan fakta sejarah 12 tsunami destruktif di Indonesia terjadi pada bulan Desember.
Mengutip penjelasan Daryono lewat akun Twitternya berikut tsunami yang terjadi setiap bulan Desember.
- Tsunami Pulau Buru, Desember 1657 (merusak)
- Tsunami Bulukumba, 29 Desember 1820 (500 orang meninggal dunia)
- Tsunami Ambon, 16 Desember 1841 (merusak)
- Tsunami Banda Neira, 24 Desember 1852 (merusak)
- Tsunami Sangihe, 13 Desember 1858 (merusak)
- Tsunami Minahasa, 26 Desember 1859 (merusak)
- Tsunami Donggala, 1 Desember 1927 (50 meninggal dunia)
- Tsunami Minahasa, 22 Desember 1939 (merusak)
- Tsunami Larantuka , 25 Desember 1982 (13 meninggal dunia)
- Tsunami Flores 12, Desember 1992 (2.100 meninggal dunia)
- Tsunami Aceh, 26 Desember2004(> 230.000 meninggal dunia)
- Tsunami Selat Sunda, 22 Desember 2018 (426 meninggal dunia)
- Bulan Januari terjadi 11 kali tsunami
- Bulan Februari terjadi 12 kali tsunami
- Bulan Maret terjadi 11 kali tsunami
- Bulan April terjadi 8 kali tsunami
- Bulan Mei terjadi 6 kali tsunami
- Bulan Juni terjadi 4 kali tsunami
- Bulan Juli terjadi 8 kali tsunami
- Bulan Agustus terjadi 9 kali tsunami
- Bulan September terjadi 12 kali tsunami
- Bulan Oktober terjadi 8 kali tsunami
- Bulan November terjadi 12 kali tsunami
- Bulan Desember terjadi 12 kali tsunami
Terjadi Kapan Saja
Oleh karena itu, Daryono menegaskan, berdasarkan data tersebut tsunami di Indonesia tidak mengenal musim bulan tsunami. Fenomena bencana bisa terjadi sewaktu-waktu. “Berdasarkan sumber dan pembangkitnya, secara ilmiah tsunami memang tidak mengenal musim. Gempa tektonik, longsoran dalam laut, erupsi gunung api adalah fenomena geologis yang dapat terjadi tidak hanya pada bulan-bulan tertentu seperti halnya fenomena cuaca dan iklim, sehingga kapan saja dapat terjadi tsunami,” jelas Daryono. Daryono mengaku kejadian tsunami tersebut bukan jumlah mutlak, bahkan bisa jadi bertambah. Data tersebut bisa menjadi gambaran tsunami di masing-masing bulan. “Jumlah kejadian tsunami di atas tentu bukan jumlah yang mutlak, karena bisa jadi masih ada data kejadian tsunami lainnya yang terlewat dan belum dikompilasi datanya. Namun demikian data ini cukup untuk memberi gambaran sementara distribusi kejadian tsunami pada masing-masing bulan,” kata Daryono. Ia juga meminta masyarakat waspada dan siaga tsunami, khususnya masyarakat yang berada di pesisir wilayah pantai. “Kapan saja, sebaiknya kita harus waspada dan siaga tsunami, khususnya masyarakat di wilayah pesisir yang pantainya berhadapan dengan sumber gempa di dasar laut dan sudah dinyatakan sebagai pantai rawan tsunami,” pungkas Daryono.Baca Juga :