Muncul pesan berantai yang menyebut China tidak menggunakan vaksin buatanya sendiri vaksinnya diimpor dari Jerman, pemerintah Indonesia dibodohi sebaliknya impor vaksin dari China.
Beredar ramai pesan berantai lewat layanan aplikasi pesan singkat Whatsapp, dimana isi pesan tersebut menyebut China tidak menggunakan vaksin buatan sendiri dan impor vaksin dari Jerman, karena dia tahu efeknya. Itu pembodohan terhadap Pemerintah Indonesia yang sebaliknya malah mengimpor dari China.
Berikut isi pesan selengkapnya yang beredar:
Cina impor vaksin 7,2 juta dosis dari Jerman, Indonesia impor vaksin dari chinaHEBATNYA PEMERINTAH INDONESIA, SAKING HEBATNYA SAMPAI DI BODOHI CHINA, HEBATNYA PEMERINTAH INDONESIA ADALAH IMPORT VAKSIN DARI CHINA, SEDANGKAN CHINA IMPORT VAKSIN DARI JERMAN PINTARNYA CHINA ADALAH CHINA SENDIRI TAK MAU MEMAKAI VAKSIN BUATANNYA MEREKA SENDIRI, KARENA TAHU EFEK DAN BAHAYANYA, AKHIRNYA CHINA IMPORT VAKSIN DARI JERMAN
SUNGGUH HEBATNYA INDONESIA, HEBAT DI MODUSI CHINA, PLONGA PLONGO DI TIPUhttps://tekno.tempo.co/read/1414600/vaksin-covid-19-pfizer-akan-masuk-cina-tahun-depan
[caption id="attachment_415254" align="alignnone" width="636"] Pesan yang beredar. (Screenshot Whatsapp)[/caption]
Kemudian benarkah isi pesan yang beredar tersebut? Berikut krosceknya.
Penelusuran KROSCEK ANTVklik, klaim bahwa China membodohi Indonesia dengan tidak menggunakan vaksin buatan sendiri, adalah tidak benar.
Faktanya, seperti dilansir situs health.detik.com, dalam artikel berjudul “Belum Selesai Uji Klinis, 90 Persen Karyawan Sinovac Diberi Vaksin Corona” (6/9/2020), disebutkan bahwa Sinovac Biotech merupakan salah satu perusahaan farmasi asal China yang mengembangkan vaksin untuk virus Corona COVID-19.
Meski vaksin masih menjalani proses uji klinis, China diketahui ternyata sudah menggunakannya sejak bulan Juli lalu karena alasan kedaruratan.
CEO Sinovac, Yin Weidong, mengungkap sudah hampir 90 persen karyawannya menerima suntikan vaksin Corona. Ada sekitar 2.000 sampai 3.000 karyawan beserta keluarganya secara sukarela mendapat vaksin corona lewat program darurat yang diluncurkan pemerintah.
Yin menjelaskan sangat penting bagi pihaknya agar dapat bekerja bebas dari ancaman virus. Ini bisa berdampak langsung pada produktivitas.
"Sebagai pengembang dan pembuat vaksin, kemunculan wabah dapat berdampak langsung pada produksi vaksin," kata Yin seperti dikutip dari Reuters, Minggu (6/9/2020).
Data yang diambil dari program darurat ini dapat dipakai untuk mendukung proses uji klinis yang berlangsung secara terpisah.
Hingga saat ini laporan menyebut risiko kemunculan efek samping vaksin Corona buatan Sinovac rendah. Beberapa contoh efek samping yang dilaporkan, mulai dari demam, nyeri di lokasi suntikan, hingga rasa lelah.
Yin sendiri mengaku sudah mendapat suntikan vaksin, begitu juga dengan orang tua dan anak-anaknya.
(Link: https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5162106/belum-selesai-uji-klinis-90-persen-karyawan-sinovac-diberi-vaksin-corona)
Kemudian kroscek bagaimana efeknya vaksin Sinovac bagi masyarakat Indonesia, dijelaskan dalam laporan situs lampost.co, dalam artikel judul “Uji Klinis Vaksin Covid-19 Sinovac Tuntas Akhir Mei 2021” (12/12/2020).
Dipaparkan dalam artikel, bahwa Tim Mikrobiologi Uji Klinis Vaksin Universitas Padjadjaran, Sunaryati Sudigdoadi, mengatakan uji klinis tahap ketiga vaksin covid-19 dari Sinovac selesai akhir Mei 2021. Vaksinasi tak mungkin digelar pada awal Januari 2021.
"Kalau saya mendengarkan kabar orang-orang Januari awal sudah divaksin dan sebagainya, itu masih belum bisa kita laksanakan sebetulnya," kata Sunaryati dalam diskusi daring, Sabtu, 12 Desember 2020.
Sunaryati menjelaskan uji klinis tahap ketiga vaksin Sinovac digelar sejak Agustus 2020. Para relawan telah disuntik vaksin sebanyak dua kali pada akhir Oktober 2020.
Sunaryati mengatakan para relawan saat ini masih dipantau gejala dan efek samping yang terjadi selama penerimaan vaksin. Hasil evaluasi sementara dari pemantauan tersebut selesai akhir Januari 2021.
Hasil ini akan diberikan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk penentuan produksi vaksin Sinovac. BPOM akan melihat kelayakan dan keamanan dari vaksin sebelum memberi izin produksi.
"Apakah sudah layak di periode setengah itu (hasil evaluasi sementara), kita melaporkan, BPOM akan memberikan izin Biofarma untuk memulai produksi dan edar," ucap dia.
Vaksinasi akan diprioritaskan untuk orang yang berisiko terpapar covid-19 seperti tenaga kesehatan. Sedangkan, vaksinasi untuk masyarakat luas menunggu hasil akhir uji klinis tahap ketiga pada akhir Mei 2021.
Sunaryati melaporkan hasil pemantauan hingga kini, para relawan belum menunjukkan gejala dan efek samping yang serius. Dia berharap hasil akhir uji klinis tahap ketiga menunjukkan hasil yang baik.
"Kalau memang hasilnya baik, tentunya dari hasil uji ini, kita merekomendasikan ini dapat digunakan sebagai vaksin yang dapat diberikan kepada masyarakat, begitu harapannya," kata Sunaryati.
(Link: https://www.lampost.co/berita-uji-klinis-vaksin-covid-19-sinovac-tuntas-akhir-mei-2021.html)
Kemudian menjawab polemik negara asal vaksin Covid-19, ditegaskan oleh Ketua Pelaksana Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi (KPCPEN) sekaligus Menteri BUMN, Erick Thohir, semua jenis vaksin yang dipilih pemerintah sudah terdaftar secara resmi di organisasi kesehatan dunia (WHO).
Pernyataan dirangkum dalam artikel liputan6 berjudul “Vaksin Covid-19 Impor Masuk Daftar WHO, Erick Thohir Minta Tak Ada Polemik:, (12/12/2020).
Dijelaskan dalam artikel, Ketua Pelaksana Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi (KPCPEN) sekaligus Menteri BUMN, Erick Thohir meminta masyarakat untuk menghentikan polemik terkait negara asal vaksin Covid-19.
Sebab, semua jenis vaksin yang dipilih pemerintah saat ini telah mendapatkan penilaian baik. Hal ini karena telah terdaftar resmi di data WHO dan telah melewati uji klinis.
"Jadi, jangan terjebak ini vaksin China, vaksin Amerika, dan sebagainya. Semua vaksin yang sudah masuk ke dalam data WHO dan juga sudah melalui uji klinis semua vaksin sudah dinilai baik. Jadi jangan terjebak dalam arti apa-apa," tuturnya dalam webinar bertajuk "Kerja Bareng Untuk Negeri", Sabtu (12/12).
Erick menjelaskan, sesuai dengan Perpres 99 Tahun 2020 jelas domain tertinggi vaksinasi ada di Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Alhasil Kemenkes sudah memutuskan jenis-jenis vaksin yang bisa diadakan untuk tahap awal dengan pertimbangan telah diakui WHO dan lolos uji klinis.
"Karena itu Kemenkes memutuskan jenis-jenis vaksin yang bisa diadakan, yaitu Moderna, Sinovac, Sinopharm, Astra Zeneca, dan vaksin Merah Putih," imbuh dia.
Pun, sambung Erick, pemilihan jenis vaksin Covid-19 haruslah dibarengi dengan keyakinan bahwa vaksin dapat menekan angka penularan dan jumlah kematian akibat paparan virus mematikan asal China itu. "Momentum inilah yang kita ingin tunggangi," jelas dia.
Oleh karena itu, dia berharap pengadaan vaksin ini akan mempercepat proses pemulihan ekonomi nasional. Sehingga target ekonomi Indonesia mampu tumbuh positif sebesar 5 persen pada 2021 dapat dicapai.
"Target pertumbuhan ekonomi 5 persen pada 2021 juga sesuai berbagai lemabaga internasional, seperti ADB," tukasnya.
(Link: https://www.liputan6.com/bisnis/read/4431822/vaksin-covid-19-impor-masuk-daftar-who-erick-thohir-minta-tak-ada-polemik)
Kemudian terkait tautan artikel tekno.tempo.co, (15/12/2020) yang disertakan dalam pesan, artikel memuat kabar China akan mengimpor vaksin Pfizer dari Amerika Serikat. Impor itu disebut-sebut dilakukan oleh salah satu perusahaan farmasi yang terdaftar di China, Shanghai Fosun Pharmaceutical Group.
Dijelaskan dalam artikel, Vaksin Covid-19 Pfizer dari Amerika Serikat akan masuk Cina--negara yang selama ini dinilai memimpin dalam perlombaan pengembangan vaksin itu di dunia. Vaksin Pfizer rencananya akan dibawa oleh mitra BioNTech, Shanghai Fosun Pharmaceutical Group.
Perusahaan bioteknologi Jerman, BioNTech, adalah mitra Pfizer dalam pengembangan vaksin Covid-19 menggunakan teknik mRNA. Sebuah kontrak kesepakatan awal senilai US$ 135 juta dilaporkan telah diteken BioNTech dengan Fosun untuk hak eksklusif penjualan vaksin Pfizer di daratan Cina, Taiwan, Hong Kong, dan Makao.
Fosun berencana mengimpor sebanyak 7,2 juta dosis vaksin Covid-19 buatan Jerman itu pada pertengahan pertama 2021 per Januari. Saat ini, berdasarkan keterangan sejumlah sumbernya yang mengetahui rencana impor tersebut, Caixin melaporkan kalau Fosun sedang mengatur logistik vaksin itu dari pabrik BioNTech di Jerman ke Cina dengan beberapa maskapai.
Fosun memastikan haknya untuk bisa mendistribusikan vaksin itu di Cina daratan, Hong Kong, Taiwan, dan Makao, pada Maret lalu. Pada Agustus lalu, Fosun juga mengungkap rencananya menyuplai 10 juta dosis ke Hong Kong dan Makao melalui Jacobson Pharma Corp yang berbasis di Hong Kong.
(Link: https://tekno.tempo.co/read/1414600/vaksin-covid-19-pfizer-akan-masuk-cina-tahun-depan)
Dari kroscek dan penjelasan, dapat disimpulkan klaim bahwa China membodohi Indonesia dengan tidak menggunakan vaksin buatan sendiri, adalah tidak benar.
Faktanya, China sejak awal telah menggunakan vaksin buatan sendiri, dan beberapa contoh efek samping yang dilaporkan, mulai dari demam, nyeri di lokasi suntikan, hingga rasa lelah.
Informasi ini masuk kategori misleading content atau konten yang menyesatkan.
Misleading terjadi akibat sebuah konten dibentuk dengan nuansa pelintiran untuk menjelekkan seseorang maupun kelompok. Konten jenis ini dibuat secara sengaja dan diharap mampu menggiring opini sesuai dengan kehendak pembuat informasi.
Misleading content dibentuk dengan cara memanfaatkan informasi asli, seperti gambar, pernyataan resmi, atau statistik, akan tetapi diedit sedemikian rupa sehingga tidak memiliki hubungan dengan konteks aslinya.
Baca Juga :