Menurut pihak Hamas, satu-satunya laboratorium di wilayah itu yang dapat menganalisis sampel uji Covid-19 telah berhenti bekerja. Ini terjadi karena tempat itu kekurangan peralatan. Secara terpisah, pejabat senior Hamas dan mantan Menteri Kesehatan Bassem Naim mengatakan, pihak berwenang biasanya melakukan antara 2.500 dan 3.000 tes per hari. Sementara biaya pengetesan berkisar antara 75.000-100.000 dollar AS (Rp1-1,4 miliar).
"Ada kebutuhan mendesak untuk bertindak guna menyelamatkan nyawa penduduk Gaza dan mengatasi krisis," katanya kepada kantor berita AFP. Daerah kantong kecil dan padat penduduk itu adalah rumah bagi dua juta orang dan berada di bawah blokade Israel sejak 2007. Pihak berwenang menutup perbatasan Gaza pada awal pandemi dan hanya mengizinkan masuk sejumlah orang, yang kemudian diminta mengisolasi diri selama tiga pekan di pusat karantina.
Pada Kamis lalu, Hamas mengumumkan lockdown setiap akhir pekan mulai 11 Desember 2020 hingga akhir bulan ini. Sekolah, universitas, taman kanak-kanak dan masjid juga ditutup. Kementerian Kesehatan Palestina mencatat lebih dari 74.160 kasus Covid-19. Sebanyak 700 orang meninggal akibat penyakit itu di Tepi Barat. Sedangkan di Gaza sendiri mencatat hampir 25.600 kasus positif dengan sekitar 150 kematian. VOA Indonesia