Selain vaksin Sinovac yang didatangkan dari China dan sudan sudah tiba di tanah air sebanyak 1,2 juta dosis tadi malam, ada beberapa merk vaksin lagi yang ditetapkan pemerinta RI untuk diberikan ke masyarakat. Total ada 6 merk vaksin, salah satunya vaksin merah putih buatan dalam negeri.
Selain vaksin Sinovac, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah menetapkan 6 jenis vaksin untuk pelaksanaan vaksinasi corona virus disease 2019 (COVID-19). Penetapan itu tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor H.K.01.07/Menkes/9860/2020.
Dalam surat keputusan yang diteken Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto tertanggal 3 Desember 2020, ditetapkan 6 jenis vaksin COVID-19 untuk Indonesia, yang diproduksi oleh PT Bio Farma (Persero), AstraZeneca, China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm), Moderna, Pfizer Inc and BioNTech, dan Sinovac Biotech Ltd.
1. Bio Farma (Vaksin Merah Putih) Bio Farma merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang merupakan produsen vaksin dan antisera dalam negeri. Bio Farma terlibat dalam proyek pengadaan dan pengembangan vaksin COVID-19.
Sementara ini, Indonesia menempuh dua jalur pengadaan vaksin COVID-19. Pertama, menjalin kerjasama pengadaan dan pengembangan vaksin COVID-19 antara Bio Farma dengan perusahaan vaksin asal China, Sinovac.
Kedua, pengadaan vaksin COVID-19 dalam negeri dengan nama 'Vaksin Merah Putih' yang tengah dikembangkan sejumlah peneliti Indonesia. Mereka atau konsorsium lembaga itu terdiri dari Lembaga Biologi dan Molekuler Eijkman dan perusahaan farmasi milik negara, Bio Farma.
Vaksin Merah Putih ditargetkan bakal diproduksi sekitar triwulan IV di tahun 2021 atau selambat-lambatnya diproduksi dan digunakan pada tahun 2022 mendatang.
2. AstraZeneca AstraZeneca merupakan perusahaan farmasi yang merupakan hasil merger dari perusahaan Swedia Astra AB dan perusahaan Britania Zeneca Group PLC. Meskipun kantornya berada di London, Inggris, namun untuk penelitian dan pengembangannya berada di Swedia. Belum lama ini, AstraZeneca mengumumkan hasil uji coba terhadap vaksin COVID-19 yang mereka kembangkan. Dari hasil uji coba itu diketahui, efektivitas calon vaksin tersebut mencapai rata-rata 70 persen dalam mencegah COVID-19. Data tersebut berdasarkan pada rata-rata dua jadwal pemberian dosis berbeda yang diuji sebagai bagian dari uji coba di Inggris dan Brasil. Vaksin tersebut menunjukkan efektivitas 90 persen dalam satu rejimen dosis, ketika vaksin diberikan kepada 2.741 orang sebagai setengah dosis, diikuti dengan dosis penuh setidaknya sebulan kemudian. Dan hasil efektivitas sebesar 62 persen dalam rejimen kedua, ketika dua dosis penuh diberikan kepada 8.895 orang setidaknya dengan jarak sebulan. Keunggulan vaksin AstraZeneca dibanding calon vaksin lainnya adalah soal pendistribusiannya. Vaksin AstraZeneca dapat didistribusikan dan diberikan dalam sistem perawatan kesehatan yang ada, karena dapat disimpan, diangkut dan ditangani dalam kondisi pendingin normal yakni dari 2-8 derajat Celcius, selama setidaknya enam bulan. Selain itu, vaksin ini juga diklaim lebih murah daripada vaksin virus corona saingan dari Pfizer dan Moderna. 3. Sinopharm China National Pharmaceutical Group Corp yang dikenal sebagai Sinopharm merupakan perusahaan farmasi milik pemerintah China belum lama ini mengklaim hampir 1 juta orang telah diinjeksi vaksin virus corona buatannya dalam rangkaian uji coba klinis. Meskipun belum dibeberkan hasil spesifik dari uji coba klinis yang membuktikan kemanjuran vaksin COVID-19 buatannya itu, tapi Sinopharm mengklaim belum ada laporan darurat dari hampir 1 juta orang yang disuntikkan vaksin Sinopharm, kecuali hanya gejala ringan. Pada Agustus lalu, perusahaan Sinopharm milik China ini mengumumkan penggunaan metode inactivated vaccsine dalam pengembangan vaksin COVID-19. Perusahaan ini melalui unit CNBG-nya, diketahui memiliki dua kandidat vaksin yang tidak aktif dari lembaga penelitian biologi di Beijing dan Wuhan. Mereka memasuki pengujian fase 1/2 pada April dan menyampaikan hasil awal pada Juni. Menurut data sementara fase 2 yang baru-baru ini diterbitkan di JAMA, suntikan Wuhan, dengan dosis sedang, memicu antibodi penetral pada titer rata-rata geometris 121 ketika dua dosis diberikan dengan selang waktu 14 hari, dan 247 saat diberikan dengan selang waktu 21 hari. “Titer antibodi mulai meningkat setelah injeksi kedua dan selanjutnya meningkat setelah injeksi ketiga, menunjukkan perlunya injeksi booster,” tulis para peneliti dalam penelitian tersebut. Dari rilis yang diterima VIVA dari Kementerian Kemaritimam dan Investasi, diketahui sudah masuk pada tahap akhir uji klinis tahap ke-3 dan dalam proses mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA) di sejumlah negara. melakukan uji klinis tahap ke-3 di Tiongkok, Uni Emirat Arab (UEA), Peru, Moroko dan Argentina. 4. Moderna Moderna Inc, perusahaan bioteknologi yang berbasis di Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat, menargetkan produksi 500 juta dosis vaksin COVID-19 pada tahun 2021. Moderna telah mengajukan permohonan untuk mendapatkan izin penggunaan darurat di Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa setelah hasil lengkap uji klinis tahap akhir menunjukkan vaksin itu 94,1 persen efektif tanpa masalah yang serius. Saat ini Moderna masih menunggu izin penggunaan darurat dari Drug and Food Administration (FDA) Amerika Serikat. FDA dijadwalkan akan mengadakan pertemuan komite penasihat pada 17 Desember 2020 untuk membahas permintaan perusahaan mendapatkan otorisasi darurat untuk vaksin COVID-19. 5. Pfizer Inc and BioNTech Pfizer, perusahaan kesehatan yang bermarkas di New York, Amerika Serikat ini telah mengumumkan vaksin buatannya efektif melindungi tubuh dari virus corona atau COVID-19 hingga 95 persen. Bahkan, Inggris menjadi negara pertama yang memesan puluhan juta dosis untuk masyarakatnya. Dikutip dari laman Express UK, Kamis, 3 November 2020, vaksin Pfizer berisi kandungan mRNA, yakni singkatan dari Messenger Ribonucleic acid dan hadir di semua sel hidup secara alami. Definisi mRNA adalah ia bertindak sebagai pembawa pesan yang membawa informasi dan instruksi yang tertanam dalam DNA. Vaksin berisi mRNA itu menggunakan potongan kecil kode genetik COVID-19 untuk mulai memproduksi virus di dalam tubuh. Ini memungkinkan sistem kekebalan tubuh manusia untuk mengenali virus sebagai benda asing di dalam dirinya. Setelah langkah ini dilakukan, sistem kekebalan tubuh akan dapat mengenali virus sebagai benda asing dan menyerangnya dengan membentuk antibodi. Bagian utama dari vaksin mRNA COVID-19 baru dari Pfizer adalah untaian kurir pembawa Asam Ribonukleat. Namun demikian, kapasitas distribusi vaksin buatan Pfizer dan Moderna ini memiliki kendala untuk wilayah seperti Indonesia. Sebab, vaksin buatan AS itu rata-rata disimpan dalam suhu berkisar minus 20 derajat, bahkan ada yang mencapai minus 75 derajat. Sementara kapasitas distribusi vaksin yang dimiliki Indonesia saat ini mampu didistribusikan dengan metode penyimpanan bersuhu 2-8 celsius. 6. Sinovac Biotech Ltd. Sinovac Biotech Ltd. merupakan perusahaan biofarmasi yang berfokus pada riset, pengembangan, pembuatan dan komersialisasi vaksin-vaksin yang mencegah penyakit menular manusia. Perusahaan yang bermarkas di Beijing, Tiongkok, itu kini sudah berhasil mengirimkan 1,2 juta dosis vaksin ke Indonesia. Sebelum vaksin finalnya tiba di Tanah Air, vaksin Sinovac ini telah melalui uji klinis di Bandung sejak Agustus 2020 lalu. Sebanyak 1,620 relawan melakukan uji coba suntik vaksin asal Tiongkok itu untuk penanganan pandemi COVID-19 di Indonesia. Bio Farma selaku pihak dalam negeri yang menjalin kerjasama pengembangan vaksin COVID-19 Sinovac, menyebut jumlah relawan yang dibutuhkan untuk uji coba sudah mewakili seluruh karakter dan populasi warga Indonesia. Untuk uji klinis vaksin Sinovac, Bio Farma mempercayakan lembaga yang bertanggungjawab dalam uji klinis fase tiga vaksin Sinovac ini yaitu Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Sebelum nantinya disuntikkan kepada masyarakat, 2,1 juta dosis vaksin Sinovac ini akan lebih dulu diuji tahap final untuk mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Bio Farma tengah mempersiapkan data hasil uji klinis fase I, II dan III dari calon vaksin COVID-19 dari Sinovac, termasuk data imunogenisitas hingga enam bulan pasca-suntikan kedua dari uji klinis fase III yang rencananya akan dikirimkan ke Badan POM, pada Januari 2021. Viva.co.id
2. AstraZeneca AstraZeneca merupakan perusahaan farmasi yang merupakan hasil merger dari perusahaan Swedia Astra AB dan perusahaan Britania Zeneca Group PLC. Meskipun kantornya berada di London, Inggris, namun untuk penelitian dan pengembangannya berada di Swedia. Belum lama ini, AstraZeneca mengumumkan hasil uji coba terhadap vaksin COVID-19 yang mereka kembangkan. Dari hasil uji coba itu diketahui, efektivitas calon vaksin tersebut mencapai rata-rata 70 persen dalam mencegah COVID-19. Data tersebut berdasarkan pada rata-rata dua jadwal pemberian dosis berbeda yang diuji sebagai bagian dari uji coba di Inggris dan Brasil. Vaksin tersebut menunjukkan efektivitas 90 persen dalam satu rejimen dosis, ketika vaksin diberikan kepada 2.741 orang sebagai setengah dosis, diikuti dengan dosis penuh setidaknya sebulan kemudian. Dan hasil efektivitas sebesar 62 persen dalam rejimen kedua, ketika dua dosis penuh diberikan kepada 8.895 orang setidaknya dengan jarak sebulan. Keunggulan vaksin AstraZeneca dibanding calon vaksin lainnya adalah soal pendistribusiannya. Vaksin AstraZeneca dapat didistribusikan dan diberikan dalam sistem perawatan kesehatan yang ada, karena dapat disimpan, diangkut dan ditangani dalam kondisi pendingin normal yakni dari 2-8 derajat Celcius, selama setidaknya enam bulan. Selain itu, vaksin ini juga diklaim lebih murah daripada vaksin virus corona saingan dari Pfizer dan Moderna. 3. Sinopharm China National Pharmaceutical Group Corp yang dikenal sebagai Sinopharm merupakan perusahaan farmasi milik pemerintah China belum lama ini mengklaim hampir 1 juta orang telah diinjeksi vaksin virus corona buatannya dalam rangkaian uji coba klinis. Meskipun belum dibeberkan hasil spesifik dari uji coba klinis yang membuktikan kemanjuran vaksin COVID-19 buatannya itu, tapi Sinopharm mengklaim belum ada laporan darurat dari hampir 1 juta orang yang disuntikkan vaksin Sinopharm, kecuali hanya gejala ringan. Pada Agustus lalu, perusahaan Sinopharm milik China ini mengumumkan penggunaan metode inactivated vaccsine dalam pengembangan vaksin COVID-19. Perusahaan ini melalui unit CNBG-nya, diketahui memiliki dua kandidat vaksin yang tidak aktif dari lembaga penelitian biologi di Beijing dan Wuhan. Mereka memasuki pengujian fase 1/2 pada April dan menyampaikan hasil awal pada Juni. Menurut data sementara fase 2 yang baru-baru ini diterbitkan di JAMA, suntikan Wuhan, dengan dosis sedang, memicu antibodi penetral pada titer rata-rata geometris 121 ketika dua dosis diberikan dengan selang waktu 14 hari, dan 247 saat diberikan dengan selang waktu 21 hari. “Titer antibodi mulai meningkat setelah injeksi kedua dan selanjutnya meningkat setelah injeksi ketiga, menunjukkan perlunya injeksi booster,” tulis para peneliti dalam penelitian tersebut. Dari rilis yang diterima VIVA dari Kementerian Kemaritimam dan Investasi, diketahui sudah masuk pada tahap akhir uji klinis tahap ke-3 dan dalam proses mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA) di sejumlah negara. melakukan uji klinis tahap ke-3 di Tiongkok, Uni Emirat Arab (UEA), Peru, Moroko dan Argentina. 4. Moderna Moderna Inc, perusahaan bioteknologi yang berbasis di Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat, menargetkan produksi 500 juta dosis vaksin COVID-19 pada tahun 2021. Moderna telah mengajukan permohonan untuk mendapatkan izin penggunaan darurat di Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa setelah hasil lengkap uji klinis tahap akhir menunjukkan vaksin itu 94,1 persen efektif tanpa masalah yang serius. Saat ini Moderna masih menunggu izin penggunaan darurat dari Drug and Food Administration (FDA) Amerika Serikat. FDA dijadwalkan akan mengadakan pertemuan komite penasihat pada 17 Desember 2020 untuk membahas permintaan perusahaan mendapatkan otorisasi darurat untuk vaksin COVID-19. 5. Pfizer Inc and BioNTech Pfizer, perusahaan kesehatan yang bermarkas di New York, Amerika Serikat ini telah mengumumkan vaksin buatannya efektif melindungi tubuh dari virus corona atau COVID-19 hingga 95 persen. Bahkan, Inggris menjadi negara pertama yang memesan puluhan juta dosis untuk masyarakatnya. Dikutip dari laman Express UK, Kamis, 3 November 2020, vaksin Pfizer berisi kandungan mRNA, yakni singkatan dari Messenger Ribonucleic acid dan hadir di semua sel hidup secara alami. Definisi mRNA adalah ia bertindak sebagai pembawa pesan yang membawa informasi dan instruksi yang tertanam dalam DNA. Vaksin berisi mRNA itu menggunakan potongan kecil kode genetik COVID-19 untuk mulai memproduksi virus di dalam tubuh. Ini memungkinkan sistem kekebalan tubuh manusia untuk mengenali virus sebagai benda asing di dalam dirinya. Setelah langkah ini dilakukan, sistem kekebalan tubuh akan dapat mengenali virus sebagai benda asing dan menyerangnya dengan membentuk antibodi. Bagian utama dari vaksin mRNA COVID-19 baru dari Pfizer adalah untaian kurir pembawa Asam Ribonukleat. Namun demikian, kapasitas distribusi vaksin buatan Pfizer dan Moderna ini memiliki kendala untuk wilayah seperti Indonesia. Sebab, vaksin buatan AS itu rata-rata disimpan dalam suhu berkisar minus 20 derajat, bahkan ada yang mencapai minus 75 derajat. Sementara kapasitas distribusi vaksin yang dimiliki Indonesia saat ini mampu didistribusikan dengan metode penyimpanan bersuhu 2-8 celsius. 6. Sinovac Biotech Ltd. Sinovac Biotech Ltd. merupakan perusahaan biofarmasi yang berfokus pada riset, pengembangan, pembuatan dan komersialisasi vaksin-vaksin yang mencegah penyakit menular manusia. Perusahaan yang bermarkas di Beijing, Tiongkok, itu kini sudah berhasil mengirimkan 1,2 juta dosis vaksin ke Indonesia. Sebelum vaksin finalnya tiba di Tanah Air, vaksin Sinovac ini telah melalui uji klinis di Bandung sejak Agustus 2020 lalu. Sebanyak 1,620 relawan melakukan uji coba suntik vaksin asal Tiongkok itu untuk penanganan pandemi COVID-19 di Indonesia. Bio Farma selaku pihak dalam negeri yang menjalin kerjasama pengembangan vaksin COVID-19 Sinovac, menyebut jumlah relawan yang dibutuhkan untuk uji coba sudah mewakili seluruh karakter dan populasi warga Indonesia. Untuk uji klinis vaksin Sinovac, Bio Farma mempercayakan lembaga yang bertanggungjawab dalam uji klinis fase tiga vaksin Sinovac ini yaitu Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Sebelum nantinya disuntikkan kepada masyarakat, 2,1 juta dosis vaksin Sinovac ini akan lebih dulu diuji tahap final untuk mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Bio Farma tengah mempersiapkan data hasil uji klinis fase I, II dan III dari calon vaksin COVID-19 dari Sinovac, termasuk data imunogenisitas hingga enam bulan pasca-suntikan kedua dari uji klinis fase III yang rencananya akan dikirimkan ke Badan POM, pada Januari 2021. Viva.co.id