Muncul di media sosial foto-foto yang diklaim sebagai foto pembantaian para ulama dan santri yang terjadi di Madiun tahun 1948.
Beredar di media layanan jejaring sosial berbasis teks Twitter, sejumlah foto yang dibagikan oleh akun @Arulbaex pada 20 September 2020.
Foto-foto yang dibagikan sebanyak 6 buah berwarna hitam putih ini, menggambarkan suasana penyiksaan sejumlah orang, dan diklaim sebagai pembataian ulama dan santri di Madiun.
Pemilik akun membuat cuitan dalam akunnya dengan menulis:
"Pembantaian Ulama dan Santri: Darah di Madiun September 1948"
[caption id="attachment_406472" align="alignnone" width="633"] Postingan akun @Arulbaex. (Screenshot Twitter)[/caption]
Benarkah keenam foto tersebut memperlihatkan pembataian ulama dan santri di Madiun pada 1948?
Berikut krosceknya.
Dari hasil penelusuran, enam foto yang diklaim memperlihatkan pembataian ulama dan santri di Madiun pada 1948 adalah tidak benar.
Ke enam foto yang bagikan itu, diambil dari berbagai sumber yang tidak ada kaitannya dengan pembataian ulama dan santri.
Mengacu laman turnbackhoax.id, (27/11), berdasarkan pencarian gambar, lewat reverse image ditemukan fakta bahwa foto-foto tersebut tidak berhubungan satu sama lain dan bukan merupakan foto pembantaian ulama dan santri.
Berikut penjelasannya:
Foto 1
Foto yang diambil oleh Neal Ulevich pada tahun 1976 memenangkan Pulitzer pada tahun 1977. Seorang mahasiswa tergantung di taman Universitas Thammasat di Bangok. Ketika mahasiswa berdemonstrasi menentang mantan presiden militer tersebut, polisi menanggapi dengan kekerasan tersebut.
Foto 2:
Foto tersebut merupakan potret Divisi Siliwangi yang menangkap semua simpatisan PKI di Madiun. Sebelum adanya peristiwa G30S/PKI 1965, PKI itu sudah melakukan pemberontakan berdarah di Madiun 19 September 1948. Pemerintahan Soekarno menetapkan gerakan itu adalah bentuk pemberontakan terhadap NKRI. Maka tanpa tanggung-tanggung lagi Indonesia mengerahkan Divisi Siliwanginya untuk menggulung kekuatan PKI di Madiun dan sekitarnya.
Foto 3:
Foto tersebut merupakan kepala dari I Gede Puger setelah dimutilasi. Pada 16 Desember 1965 sejumlah anggota RPKAD menyeret I Gede Puger, salah satu donatur Central Daerah Besar (CBD) PKI Propinsi Bali yang ditembak di depan massa kemudian dimutilasi.
Foto 4:
Foto tersebut merupakan foto dari Kolonel Sarwo Edhie Prabowo yang telah berhasil menumpas PKI. Kemudian fotonya yang sedang dikerumuni massa dijadikan sampul buku yang berjudul “Sarwo Edhie dan Tragedi 1965”.
Foto 5:
Foto tersebut merupakan adegan dari film The Killing Fields yang menggambarkan cerita seorang jurnalis Amerika, Sydney Schanberg dan jurnalis asal Kamboja, Dith Pran yang meliput situasi di Kamboja dari awal masuknya Khmer Merah. Sampai akhirnya Sydney dipulangkan kembali ke negaranya, sedangkan Pran, sama seperti rakyat Kamboja lainnya, ia dipaksa untuk meninggalkan Pnom Penh dan tinggal di desa sebagai petani yang harus bekerja selama enam belas jam setiap harinya.
Foto 6:
Foto tersebut merupakan foto seorang simpatisan PKI yang sedang diinterogasi oleh TNI. Hal ini bermula ketika Musso seorang tokoh komunis Indonesia merencanakan untuk menguasai daerah yang strategis di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Untuk itu, Musso menculik dan membunuh tokoh-tokoh yang dianggap musuh serta mengadu domba kesatuan TNI. Foto tersebut merupakan foto seorang simpatisan PKI yang sedang diinterogasi oleh TNI.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan, enam foto yang diklaim sebagai pembataian ulama dan santri di Madiun pada 1948 adalah hoaks.
Faktanya, keenam foto tersebut diambil dari berbagai sumber yang tidak ada kaitannya dengan pembataian ulama dan santri.
Informasi ini termasuk kategori false context atau konteks yang keliru.
False context adalah sebuah konten yang disajikan dengan narasi dan konteks yang salah, biasanya memuat pernyataan, foto, atau video peristiwa yang pernah terjadi pada suatu tempat, namun secara konteks yang ditulis tidak sesuai dengan fakta yang ada.
KROSCEK: Foto Pembantaian Ulama dan Santri di Madiun 1948
Jumat, 27 November 2020 - 09:24 WIB