Di China plat nomor kendaraan dijatah untuk membatasi penggunaan mobil, sebagai cara untuk mengurangi polusi udara dan kemacetan lalu lintas. Namun ada cara unik dilakukan masyarakat di sana untuk tetap bisa mendapatkan nomor plat kendaraan baru, yakni dengan melakukan “Kawin Palsu”.
Media pemerintah melaporkan tahun lalu agen pernikahan telah mengenakan biaya hingga USD24.000 (Rp338 juta) untuk membantu orang mendapatkan pelat untuk mobil bertenaga bensin, atau 110.000 yuan (Rp236 juta) untuk mobil bertenaga listrik. Uang tersebut dibagi antara agen dan penjual.[caption id="attachment_402992" align="alignnone" width="600"] Upaya pembatasan kepemilikan kendaraan di China untuk mengurangi polusi dan kemacetan lalu lintas (Foto: South China Morning Post/AP)[/caption]“Ledakan” kasus perkawinan palsu pun terjadi selama seminggu terakhir untuk memperdagangkan pelat nomor kendaraan.Petugas telah menahan 166 orang karena dicurigai terlibat dalam perdagangan pelat nomor ilegal. Para tersangka termasuk seorang wanita yang diduga menikah dan bercerai sebanyak 28 kali sejak 2018. Dia adalah satu dari 124 orang yang ditahan yang menghadapi dakwaan terkait pernikahan palsu.[caption id="attachment_402994" align="alignnone" width="600"]
Salah satu cara yang digunakan untuk pemberian jatah plat nomor kendaraan baru adalah lotere. Model undian untuk mendapatkan plat nomor mulai diperkenalkan sejak tahun 2011. (Foto: South China Morning Post)[/caption]Wanita 26 tahun yang dituduh menikah dan bercerai sebanyak 28 kali ini diketahui berhasil mentransfer 23 nomor lisensi dalam dua tahun terakhir. Sedangkan wanita lain, berusia 37 tahun, dituduh menikah 17 kali dan mentransfer 15 pelat kendaraan.Seperti diketahui, di kota-kota di China, penjatahan nomor pelat kendaraan dilakukan untuk membatasi penggunaan mobil. Hal ini untuk mengurangi polusi udara dan kemacetan lalu lintas. Namun di sisi lain, kondisi ini telah melahirkan industri rumahan yang menawarkan cara untuk “melompati” antrian.Di ibukota Beijing, dengan kabut asap dan jalanannya yang macet, memiliki batasan ketat pada jumlah pelat nomor yang dikeluarkan. Ada lebih dari 3.000 pelamar untuk setiap pelat kendaraan berbahan bakar bensin.Otoritas lalu lintas setempat mengatakan mereka yang mencari pelat nomor mobil listrik melalui saluran resmi dapat terus menunggu hingga sembilan tahun.Kota ini memperkenalkan sistem “lotre" pada 2011 lalu untuk mengalokasikan pelat. Namun hal ini memicu “pasar gelap” yang berkembang pesat dan penipuan yang membuat agen spesialis berperan sebagai mak comblang. Nantinya seseorang yang membutuhkan pelat kendaraan akan menikahi seseorang yang memiliki "lotre", lalu ditransfer ke nama mereka dan kemudian bercerai.Di Shanghai, skema lelang untuk mengalokasikan pelat nomor telah dilakukan sejak tahun 1990-an. Tawaran rata-rata telah mencapai sekitar 90.000 yuan (Rp193 juta) dalam beberapa tahun terakhir, dan akan meningkat setelah kota baru-baru ini mengumumkan akan membatasi area dan lamanya waktu berlaku pelat dari luar kota.Pernikahan palsu juga dilakukan secara luas di China oleh orang-orang yang mengklaim kompensasi ketika bangunan tempat tinggal dihancurkan, karena negara tersebut mengalami urbanisasi yang cepat.Banyak orang lajang yang memutuskan segera menikah setelah diberitahu jika rumah mereka akan dirobohkan, karena penghuni tambahan mendapatkan kompensasi lebih dari pengembang atau pemerintah. Pasangan ini biasanya membagi uang, lalu berpisah.Tahun lalu, sebanyak 11 anggota keluarga besar di China timur dilaporkan menikah dan bercerai 23 kali dalam dua minggu untuk menguangkan proyek pembaruan kota ketika daerah asal mereka akan dihancurkan. Ini memberi hak kepada 13 orang dari mereka untuk mengklaim pembayaran pemerintah. South China Morning Post
Baca Juga :