Perahu Rawa Pening sudah kondang. Bahannya sederhana tapi kuatnya luar biasa. Itulah kenapa geliat produksi perahu nelayan ataupun perahu wisata sangat besar. Bengkel perahu ini ada di Dusun Sumurup yang cuma beberapa langkah dari rawa.
Adalah Desa Asinan, permukiman yang berada di tepian Rawa Pening. Desa ini masuk wilayah Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Di sini sebagian warganya berprofesi sebagai pencari ikan maupun pembudidaya ikan.
[caption id="attachment_392520" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Mereka ada yang menggunakan cara tradisional, seperti memancing atau menjala, ada juga yang membangun karamba untuk pembesaran ikan budidaya.
Dua cara ini sama-sama membutuhkan perahu untuk transportasi dari daratan menuju ke tengah rawa pening. Maka di desa itu pula banyak yang membuka jasa membuat perahu sekaligus bengkel perawatan.
Tempat pembuatannya tak jauh dari tepian rawa. Ini akan memudahkan saat perahu yang sudah jadi nantinya mau dipakai.
[caption id="attachment_392515" align="alignnone" width="900"]
Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Salah satunya adalah Pak Sarmin. Ia membuka bengkel perahu di Dusun Sumurup yang cuma beberapa langkah dari rawa. Berbagai jenis perahu ia buat. Dari yang paling kecil yang disebut jukung sampai yang besar untuk perahu wisata.
"Sejak saya muda sudah bikin perahu, pertama ngikut orang sekarang bikin usaha sendiri. Tiap hari selalu buat karena kan yang pesan pada giliran. Ada yang pesan baru, ada yang perawatan," kata Pak Sarmin yang sudah berumur hampir 70 tahun.
Beda dengan perahu di perairan laut yang butuh bahan kayu jenis tertentu seperti kayu besi, perahu di rawa pening memakai jenis kayu suren.
[caption id="attachment_392517" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Menurutnya, kayu suren sudah cukup kokoh untuk mengarungi rawa yang berair tawar. Harganya juga tidak mahal sehingga sangat terjangkau bagi nelayan.
"Kalau dulu perahu dibuat pakai kayu gelondong yang ditatah bagian tengahnya. Tapi sekarang bahannya sulit dan mahal, maka sekarang pakai papan dan potongan kayu yang dirangkai jadi satu," jelasnya.
Proses produknya sebagian besar masih menggunakan alat tukang manual. Butuh pengalaman untuk bisa menghasilkan perahu yang ideal. Dalam arti, bentuknya pas, kuat, dan seimbang. Sehingga saat dipakai bisa melaju dengan baik di air.
[caption id="attachment_392519" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Untuk menutup lubang di sela-sela rangkaian papan, perajin menggunakan lem dan aspal. Dua bahan ini cukup kuat untuk menahan air agar tidak masuk ke dalam perahu.
Beberapa perahu dijual apa adanya tanpa dicat. Biasanya yang model begini disukai para nelayan. Karena mereka lebih mengutamakan fungsional.
[caption id="attachment_392516" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
"Yang penting ekonomis, nanti kalau mau dicat ya dicat sendiri. Tapi gini aja sudah bisa buat cari nafkah, dan tahan sampai bertahun-tahun," kata Nasir, nelayan Rawa Pening.
Sementara untuk kebutuhan wisata atau persewaan, perahu-perahu ini dicat warna-warni sehingga terlihat menarik.
Dalam sehari perajin bisa menyelesaikan satu perahu berukuran kecil atau jukung. Sedangkan untuk perahu yang lebih besar membutuhkan pengerjaan beberapa hari tergantung ukurannya.
[caption id="attachment_392518" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Harga perahu jukung diantara 700 hingga 800 ribu rupiah. Sedangkan perahu wisata harganya menyesuaikan dengan ukuran, desain, bahan, dan hiasan yang diinginkan. Tentu, harganya nembus jutaan rupiah.
Teguh Joko Sutrisno | Kabupaten Semarang, Jawa Tengah
Perahu Rawa Pening Bahannya Sederhana Kuatnya Tak Disangka
Senin, 26 Oktober 2020 - 13:00 WIB