Carica? Ya, banyak yang masih asing dengan namanya. Carica adalah pepaya mini khas dataran tinggi Dieng. Asalnya dari pegunungan Andes, di Amerika Selatan. Pepaya mini? Iya, bentuknya saja yang mirip tapi ini bukan pepaya loh …
Pepaya kok kecil-kecil ya. Kata saudara dari Jakarta saat mobil rombongan wisata melewati Desa Patak Banteng, Kejajar, Wonosobo. Ah, belum tahu dia.
"Itu bukan pepaya dik, tapi carica. Memang mirip pepaya, tapi rasa dan aromanya beda," saya coba menerangkan.
Kali ini saya jadi guide dadakan. Menjawab sana-sini berbagai pertanyaan. Meski bukan orang Wonosobo, tapi keluyurannya sampai sini. Sedikit banyak ya tahu lah.
Carica itu buah khas pegunungan. Hanya bisa tumbuh di daerah berketinggian 2000 meter lebih dari permukaan laut. Makanya, tanaman ini tumbuh dengan baik di dataran tinggi Dieng. Di Wonosobo, meski lokasinya lumayan tinggi, tapi tidak sampai 2000 mdpl, sehingga carica sulit tumbuh.
Dari literatur yang pernah saya baca, carica itu asalnya dari pegunungan Andes Amerika Selatan. Dibawa ke Indonesia pada masa-masa menjelang Perang Dunia II oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda, dan berhasil dikembangkan di Dataran Tinggi Dieng. Sekarang carica dikenal pula dengan sebutan pepaya Dieng.
[caption id="attachment_392502" align="alignnone" width="900"] Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Jika pepaya tumbuh dengan batang lurus ke atas, maka carica tumbuh bercabang. Daunnya hampir sama dengan daun pepaya, tapi lebih tebal dan kasar. Buahnya tumbuh di batang, baik batang utama maupun cabang-cabangnya. Ukuran buah kecil, hampir sama dengan ukuran mangga.
Kami turun sebentar di Desa Patak Banteng, dimana banyak kios oleh-oleh menjual manisan carica. Penasaran, saya pun blusukan sampai ke dapur, tempat dimana carica diolah.
Kata Iin Rahmawati, pelaku UMKM manisan carica, meski mirip pepaya tapi carica ini karakteristiknya beda.
"Kalau buah pepaya sudah enak dimakan saat matang, sedangkan buah carica kurang enak dimakan langsung. Dagingnya lebih liat dan asam. Sehingga warga Dieng mengolahnya menjadi manisan carica," kata Iin.
[caption id="attachment_392504" align="alignnone" width="900"]
Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Keunggulan carica terletak pada aromanya. Harum, bahkan dari jarak beberapa meter sudah tercium wanginya. Daging yang liat juga tak akan hancur saat direbus untuk memprosesnya jadi manisan.
[caption id="attachment_392503" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
"Yang bikin wangi itu bijinya. Tidak kayak biji pepaya yang bulat hitam kecil-kecil, tapi biji carica itu kecoklatan dan terikat lendir. Biji dan lendirnya dikerok lalu dimasak jadi sirup, dan direbus bersama buah carica yang sudah dipotong-potong, jadilah manisan," jelas Iin Rahmawati.
[caption id="attachment_392505" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Manisan carica dikemas dalam botol kaca maupun gelas plastik. Ukurannya macam-macam. Biasanya kalau untuk oleh-oleh dijual paketan berisi 12 gelas plastik. Harganya antara 30 hingga 40 ribu rupiah per pack isi 12. Kalau yang dijual satuan kemasan botol kaca harganya berkisar 15 ribu.
"Kalau lagi musim liburan itu bisa habis beberapa kuintal buah per minggu, dan bahan bakunya ndak pernah kehabisan karena sekarang budidaya carica juga tambah banyak di Dieng," tambahnya.
[caption id="attachment_392506" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Toko oleh-oleh carica ada di sepanjang jalan antara Wonosobo hingga Dieng. Terutama di Desa Patak Banteng yang menjadi sentra UMKM manisan carica.
"Yang paling banyak memang sini, terutama usaha rumahan. Kalau yang usaha agak besar adanya di Wonosobo kota, tapi bahan bakunya ambil di sini juga," lanjutnya.
[caption id="attachment_392507" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Di luar Wonosobo, carica juga mudah didapat di toko oleh-oleh. Karena pembuatnya juga mengirimnya hingga Yogyakarta, Semarang, Solo, Purwokerto, bahkan Bandung dan Jakarta.
Teguh Joko Sutrisno | Wonosobo, Jawa Tengah
Baca Juga :