Dalam rangka mengurangi terjadinya Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla), Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB menggandeng pemerintah daerah dan masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar.
Cara yang ditawarkan Direktorat Mitigasi Bencana BNPB yakni dengan melakukan inovasi pengelolaan lahan gambut yang dikenal sebagai mitigasi partisipatif karhutla yang mana pada kesempatan kali ini diadakan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim) Jambi.Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati mengungkapkan, berdasarkan data BPBD Tanjung Jabung Timur, Jambi, dari sebelas kecamatan yang ada di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, hanya satu yang tidak berpotensi karhutla yakni kecamatan Kuala, Jambi.“10 kecamatan lainnya yang berpotensi terjadi karhutla adalah Muara Sabak Barat, Muara Sabak Timur, Dendang, Rantau Rasau, Berbak, Mendahara Ulu, Geragai, Nipah Panjang, Sadu dan Mendahara,” ujarnya, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (23/10/2020).Dikatakan, melihat kondisi tersebut BNPB menilai perlu diadakannya edukasi pencegahan karhutla yang dikemas melalui kegiatan Sekolah Lapang Mitigasi Karhutla di Desa Lagan Ulu, Tanjung Jabung Timur, Jambi, yang telah berlangsung selama 3 hari dan berakhir kemarin.“Jumlah peserta Sekolah Lapang Mitigasi Karhutla tersebut sebanyak 22 orang. Mereka berasal dari 5 kelompok tani yang berada di Tanjung Jabung Timur, BPBD Jambi dan BPBD Tanjung Jabung Timur,” jelasnya. Salah satu metode pengajaran yang digunakan kali ini adalah dengan metode Demplot (Demontration Plot) yakni suatu metode penyuluhan pertanian kepada petani dengan cara membuat lahan gambut percontohan, agar petani bisa melihat dan membuktikan terhadap objek yang didemontrasikan.Pada hari pertama peserta mendapatkan teori-teori yang disajikan oleh fasilitator Badan Restorasi Gambut (BRG) BPBD dan Dinas Pertanian serts UMKM setempat tentang pengetahuan lahan gambut, budidaya di lahan gambut dan pemasaran produk hasil budidaya gambut.Kemudian hari kedua, peserta diberikan teori dan praktik bagaimana memanfaatkan bahan-bahan yang tersedia dari alam seperti buah pisang, buah pepaya, rerumputan, jerami dan lainnya untuk diolah menjadi pupuk tanpa harus membeli pupuk di pasaran.Pemanfaatan pupuk dari alam ini selain menekan biaya operasional, juga untuk menyuburkan tanah dan tumbuhan serta tidak memberikan dampak buruk bagi petani dibandingkan dengan menggunakan bahan kimia.Adapun hari ketiga peserta mempraktikan metode Demplot dengan diberikan pelatihan bagaimana mengukur tingkat keasaman air dan tanah, ini berguna bagi para peserta untuk mengetahui cara mengolah tanah, jenis tumbuhan dan pupuk yang cocok pada lahan gambut mereka.
Selain itu peserta diberikan pengetahuan bagaimana cara merawat tumbuhan dengan memberikan tambahan vitamin yang juga dibuat dari bahan-bahan alami yang mudah didapatkan sehari-hari agar menjadi produk yang unggul dan terhindar dari hama.Direktur Mitigasi Bencana BNPB Johny Sumbung yang hadir pada kegiatan ini berarap kegiatan ini dapat bermanfaat dan sukses dilakukan oleh masyarakat Tanjung Jabung Timur sehingga dapat dijadikan contoh bagi masyarakat di daerah lainnya.“BNPB berharap program ini menjadi berhasil dilakukan oleh teman-teman dari komunitas tani di Tanjung Jabung Timur, sehingga menjadi pilot project bagi petani di daerah lain. Selain itu kegiatan ini dapat membuat para petani menjadi aman dikarenakan pupuk dan vitamin yang dibuat menggunakan bahan-bahan dari alam bukan bahan kimia,” jelas Johny.Pada kesempatan yang sama, Kepala Seksi Penilaian Struktur Mitigasi BNPB Gita Yulianti Suwandi mengatakan, kegiatan ini tidak sebatas hanya memberikan edukasi kepada masyarakat saja, kedepannya BNPB, BPBD dan Badan Restorasi Gambut (BRG) akan terus mengawal kegiatan para petani dan akan memberikan evaluasi atas program mitigasi partisipatif ini.“Setelah dilakukan pembekalan ini, BNPB bersama BPBD dan BRG akan melakukan pendampingan kepada para kelompok tani untuk membimbing dan berkonsultasi terkait mitigasi vegetatif karhutla,” ucap Gita.
Baca Juga :