Daisugi adalah teknik kehutanan asli Jepang yang sudah dikembangkan pada abad 14. Tujuannya adalah membudidayakan pohon cedar jenis Kitayama tanpa menggunakan banyak lahan.
Jepang adalah negara paling kreatif. Sejak berabad-abad lalu, Negeri Sakura ini telah mengembangkan berbagai teknik bertahan hidup secara efisien.Rumah-rumah dibangun menggunakan kayu demi keselamatan serta untuk mengantisipasi kerugian akibat gempa. Sedangkan dalam hal kehutanan mereka mengenalkan teknik Daisugi untuk menyiasati lahan sempit.[caption id="attachment_383575" align="alignnone" width="700"] Foto: Creative Commons/Bernard Gagnon[/caption]Daisugi ini bertujuan membudidaya pohon cedar jenis Kitayama tanpa menggunakan banyak lahan. Cedar Kitayama harganya tinggi karena memiliki batang lurus tanpa cabang.Mirip dengan seni bonsai, Daisugi pada dasarnya melibatkan pemangkasan besar-besaran. Hanya pucuk-pucuk paling lurus yang diperbolehkan tumbuh. Teknik Daisugi menggunakan pohon induk sebagai sumber tumbuh pohon-pohon anakan.
Foto: Oddity Central Pemangkasan dengan tangan dilakukan setiap beberapa tahun, hanya menyisakan dahan atas dan memastikan bahwa tunas tetap bebas simpul. Setelah dua puluh tahun, pohon-pohon anakan siap dipanen.Daisugi dikembangkan pada abad ke-14, jaman masa keemasan Sukiya-zukuri, gaya arsitektur yang bercirikan penggunaan bahan-bahan alami, khususnya kayu. Batang kayu Kitayama yang lurus dan bebas simpul digunakan sebagai pilar di rumah gaya Sukiya-zukuri.Ketika permintaan kayu Kitayama tinggi dan tidak ada cukup lahan untuk menanamnya maka lahirlan teknik unik Daisugi.https://youtu.be/YDXR_qU2UmMSekarang, teknik ini sudah mulai tidak populer. Namun teknik Daisugi masih digunakan untuk taman-taman tradisional Jepang.
Baca Juga :