Pecel Belut menjadi kuliner khas ndeso di kawasan Rawa Pening. Luasnya areal persawahan menjadikan belut sebagai berkah yang melimpah. Gurih dan mengandung banyak protein adalah khas cita rasa belut goreng. Penasaran?
Bagi yang tak biasa, mendengar kata belut memang geli-geli gimana. Apalagi kalau melihat pas gerak mengeliat, mirip cacing besar. Padahal binatang yang habitatnya di lumpur itu kalau dimasak rasanya lezat dan bergizi.
Pengen ngrasain? Datang saja ke Dusun Muncul, Desa Rowoboni, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang. Di situ ada warung pecel belut yang ramai buka main. Namanya Warung Mbak Toen.
[caption id="attachment_380914" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Warung Mbak Toen sudah buka sejak tahun 1990-an. Persis di seberang kolam renang Muncul. Gampang diakses dari kota Salatiga ke arah barat. Cuma 15 menit.
Mbak Toen mulanya hanya jualan ikan goreng dan pecel biasa. Lalu sejak membuat belut goreng tepung yang waktu itu belum ada yang jual, warung Mbak Toen tambah laris hingga sekarang.
Menurut Sisharyanto (60), pengelola warung yang akrab dipanggil Pak Sis, dulu belut didapat dari sawah sekitar dekat Rawa Pening. Namun karena permintaan makin banyak makan kini belut juga didatangkan dari Jawa Timur dan Jawa Barat. Begitu pasokan datang langsung dipindah ke kolam.
[caption id="attachment_380918" align="alignnone" width="900"]
Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
"Ada dua orang pemasok belut, seminggu sekali kirimnya, total 1,2 kwintal lalu kita tampung di bak belakang. Kalau ada yang pesan belut goreng tepung baru dipotong dan dimasak, sehingga benar-benar fresh, itulah kuncinya mengapa rasa belut di sini banyak disukai," kata Pak Sis.
Belut yang dimasak dipilih yang kecil-kecil. Seukuran rokok kretek gampangnya. Dengan begitu, kalau digoreng bisa mateng sampai ke dalam, dagingnya lembut dan juga kemripik.
"Yang pas lah, kalau kekecilan yang sedikit dagingnya, kalau kebesaran nanti dalemnya kurang matang," lanjut Pak Sis.
Memproses belut jadi hidangan itu nggak gampang. Tahu sendiri lah belut itu licinnya bukan main. Untuk memegangnya ada cara sendiri. Belut ditampung dalam ember lalu ditaburi abu gosok. Kontan belut langsung berkelojotan. Tapi lama-lama lemas karena pori-porinya tertutup abu. Salah satu cara belut bernafas itu memang lewat pori-pori. Abu gosok juga bikin kulit belut kesat sehingga gampang dipegang. Barulah belut dipotong dan dikeluarkan kotorannya lalu dicuci bersih.
[caption id="attachment_380919" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Adonan tepung lalu dibuat untuk melumuri belut. Habis itu digoreng sampai krispi. Satu porsi terdiri dari 3-4 belut. Paling enak makan belut goreng tepung saat hangat. Karena tekstur tepungnya masih kriuk. Juga daging belutnya terasa lebih lembut dan gurih. Belut dihidangkan bersama nasi, lalapan, sambal terasi, dan bisa juga dimakan bareng pecel.
Oya, belut itu punya kandungan gizi tinggi lho. Menurut jurnal ilmiah terbitan IPB Bogor, belut kaya dengan protein, kalsium, posfor, serta 3 dan omega 6 yang bagus untuk kesehatan syaraf, jantung, dan lain-lain.
Teguh Joko Sutrisno | Kabupaten Semarang, Jawa Tengah
Pecel Belut Khas Rawa Pening, Kuliner Gurih Kaya Protein
Rabu, 30 September 2020 - 13:29 WIB