Membakar Tembaga jadi Gamelan Itu Kerjaan Orang Wirun

Membakar Tembaga jadi Gamelan Itu Kerjaan Orang Wirun
Membakar Tembaga jadi Gamelan Itu Kerjaan Orang Wirun (Foto : )
Gamelan seperangkat jumlahnya 26 item. Membuatnya butuh waktu berbulan-bulan. Bakar dan tempa menjadi rumus panjang memasak hingga besi gamelan matang. 
Telpon genggam saya tutup. Kendaraan kini saya arahkan menuju jalur Sukoharjo. Baru saja Mas Wiyono memberi tahu kalau hari ini ada pengerjaan beberapa gong. "Jangan siang-siang ya, nanti selak rampung," katanya mengingatkan. Wiyono adalah pengrajin gamelan yang tinggal di Desa Wirun, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Desa itu dikenal sebagai desa wisata karena punya sentra kerajinan gamelan. Pasokannya tak hanya di Jawa. Tapi juga seluruh nusantara bahkan mancanegara. [caption id="attachment_380079" align="alignnone" width="900"]Membakar Tembaga jadi Gamelan Itu Kerjaan Orang Wirun Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption] Tiga setengah jam perjalanan dari Semarang saya sampai juga di Desa Wirun. Sebenarnya waktu normal paling hanya 2,5 jam saja. Tapi tadi saya mampir sebentar di Pasar Klewer Solo untuk melahap Tengkleng Kambing, yang katanya kesukaan Pak Jokowi itu. Kalau saja tidak ada suara dentang besi yang dipukul-pukul, mungkin Desa Wirun tak beda dengan desa lainnya. Tapi itulah ciri khasnya. Kalau pad lagi banyak yang bikin gamelan, suara besi bertemu logam akan semakin riuh. "Wah monggo mas, wah jauh-jauh dari Semarang, mobilnya parkir di dalam saja supaya adem," sambut Wiyono sambil membukakan pagar. Rupanya teh dan pisang rebus sudah terhidang di meja. Lumayan. Cocok dengan suasananya. "Pak Reso yang mengawalinya dulu, dibantu oleh beberapa orang tukang pande," Wiyono mulai bercerita. Ia melanjutkan, katanya, semakin lama banyak yang pintar terus bisa membuka usaha sendiri, sehingga di Desa Wirun ini pengrajinnya banyak. "Sebenarnya bukan membuat gamelan dulu, tapi warga sini itu banyak yang jadi pemain musik gamelan atau pengrawit. Lalu karena sudah menguasai ilmu gendhing Jawa, maka ada yang merintis untuk membuat gamelan sendiri, ya Mbah Reso Wiguno itu, sekitar tahun berapa ya.... eh 56, ya tahun 1956," tuturnya. [caption id="attachment_380077" align="alignnone" width="900"]
Membakar Tembaga jadi Gamelan Itu Kerjaan Orang Wirun Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption] Ia lalu mengajak masuk ke ruang belakang yang cukup besar. Tapi agak gelap. Rupanya para pengrajin sedang memanaskan lempengan logam. Memasak istilahnya. "Harus gelap mas, supaya pembentukan logamnya bisa kelihatan jelas detilnya," jelas Wiyono. Memang, ada lubang di tengah lantai tanah ruangan. Didalamnya ada bara arang yang memerah. Panas sekali pastinya. Salah seorang mengaktifkan alat penghembus angin. Maka menyemburlah api besar merah kebiruan. Dua orang kemudian mengapit lempengan logam dengan capit besi, lalu memasukkannya ke dalam bara tadi. Dalam kondisi ruang gelap, maka cahaya bara api akan memunculkan siluet benda yang dimasak. Dari bentuknya itu adalah gong, salah satu perangkat gamelan. Ada bulatan di tengahnya. Sudah hampir jadi. Saat gong sudah memerah, lalu diangkat, ditaruh di tanah, dan beberapa orang memukul-mukul dengan godam. "Ini proses pembentukan dari lempeng logam menjadi gong. Dipukul begitu supaya padat dan rata, sehingga bisa menghasilkan bunyi," lanjutnya. Membuat gamelan membutuhkan proses berbulan-bulan untuk menyelesaikan satu perangkat lengkap yang terdiri 26 item. Seperti gong, bonang, kenong, saron, kempul, dan lain-lain. Dibutuhkan paling tidak satu ton tembaga dan 3 kuintal timah sebagai bahan baku. Juga puluhan karung arang kayu sebagai bahan bakar. [caption id="attachment_380078" align="alignnone" width="900"]Membakar Tembaga jadi Gamelan Itu Kerjaan Orang Wirun Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption] Untuk mengukur bunyi, ada tenaga ahli suara gamelan. Istilahnya adalah tukang stem. Ada alatnya sendiri. Jika suara belum sesuai dengan yang diinginkan, gamelan kembali ditempa. Jika nada dasar sudah didapatkan, gamelan kemudian dipoles sampai jadi. Perangkat alat musik Jawa ini tingkat akurasi nadanya luar biasa. Gamelan memakai nada slendro dan pelog atau dalam istilah musik disebut pentatonis atau lima nada. Beda dengan alat musik biasanya yang memakai nada diatonis Penggarapannya harus menggunakan teknik khusus. Nada dari setiap perangkat gamelan yang sudah pas akan bertahan bahkan sampai puluhan tahun. Dengan proses pengerjaan yang begitu rumit dan lama, wajar jika harga gamelan tinggi. sebagai karya seni lumayan tinggi. "Satu set yang bagus bisa 300 juta. Tapi kan tidak semua beli satu set. Ada yang sudah punya satu set, lalu perlu ganti salah satu item saja juga bisa, harganya disesuaikan, misal gong itu ya antara tiga sampai lima juta, kan ukurannya beda-beda," ungkapnya. Pemesan gamelan Wirun datang dari seluruh nusantara, terutama Jawa, Bali, dan Kalimantan. Kalau dari luara negeri ada Jepang, Australia, Jerman, Belanda, Amerika Serikat, dan Singapura. Negara-negara itu memang menerapkan pelajaran budaya Indonesia di negerinya. Teguh Joko Sutrisno | Sukoharjo, Jawa Tengah