Candi Lumbung ini unik. Candi ini adalah peninggalan aliran Budha yang berada di kompleks candi aliran Hindu, Prambanan. Apakah candi ini untuk menyimpan hasil panen? Ataukan lokasi pemujaan pada Bumi demi berkelimpahan hasil panen dan kemakmuran?
Dalam sejarahnya, kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara, mendirikan banyak bangunan untuk berbagai keperluan. Sebagai tempat pemujaan, taman sari, menempa ilmu, hingga menyimpan pusaka.
Adalah kerajaan Mataram Kuno yang mendirikan banyak candi pada masa jayanya. Lokasinya bertebaran, namun yang yang paling banyak ditemukan berada di daerah Prambanan, Kabupaten Klaten Jawa Tengah.
Beberapa kali saya memasuki kompleks Candi Prambanan. Namun, seperti kebanyakan wisatawan lainnya, hanya sebatas melihat dan keliling di sekitaran Candi Prambanan. Padahal sekali beli tiket, bisa berkeliling pula ke beberapa candi yang masuk dalam area Taman Wisata Candi Prambanan. Yaitu Candi Sewu, Candi Bubrah, dan Candi Lumbung.
Makanya, saat saya datang lagi ke sini, "halaman belakang" kompleks harus saya singgahi. Candi Lumbung sepertinya menarik. Saya membayangkan apakah dulu candi tersebut untuk menyimpan padi?
[caption id="attachment_379619" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Meski berada dalam satu dataran dengan Candi Prambanan yang berlatar belakang agama Hindu, Candi Lumbung ini merupakan Candi Budha. Ini fakta yang menunjukkan bahwa pada masa itu toleransi beragama berjalan dengan baik.
Belum bisa diketahui secara pasti apakah ini dulu dipakai untuk menyimpan padi sehingga disebut Candi Lumbung. Yang pasti, nama Lumbung merujuk pada kebiasaan masyarakat sekitar yang menilai bentuk candi ini mirip dengan lumbung padi di pedesaan.
Namun bisa jadi, candi inilah lokasi pemujaan dan syukur pada Bumi demi berkelimpahan hasil panen dan kemakmuran.
[caption id="attachment_379620" align="alignnone" width="900"]
Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Dari literatur Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah yang dilansir Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI, Candi Lumbung mempunyai kaitan yang kuat dengan Candi Sewu yang terletak sekitar 200 meter di sebelah utara Candi Lumbung.
Bentuk atap Candi Perwara di Candi Lumbung sangat mirip dengan bentuk atap Candi Perwara di Candi Sewu. Selain itu, di dekat Candi Lumbung juga ditemukan Prasasti Klurak yang bercerita tentang pendirian Candi Sewu.
Candi Lumbung dibangun sekitar abad IX dan berlatar agama Buddha. Upaya pelestarian Candi Lumbung dimulai dengan penelitian dan pemugaran, yang pertama dilakukan pada tahun 1989 dan berlanjut sampai sekarang.
Lokasi Candi Lumbung berada sekitar satu kilometer dari pintu masuk. Saya pilih jalan kaki sambil olahraga meski sebenarnya bisa sewa sepeda. Sing penting hepi.
Candi Lumbung merupakan kumpulan dari satu candi utama yang dikelilingi oleh 16 buah candi kecil. Sebagian masih utuh, sebagian lainnya berupa reruntuhan.
Candi induk sendiri sudah tidak sempurna lagi bentuknya, karena bagian atapnya sudah roboh. Namun begitu sisa keindahan candi masih bisa disaksikan. Banyak pahatan dan relief yang menggambarkan kehidupan pada masa itu.
Candi utama tingginya ada kalau 5 meter, yang terdapat 9 relung .Yang juga cukup menarik di candi Lumbung adalah jumlah candi perwaranya yang begitu banyak. Ada 16 candi perwara yang semuanya menghadap ke candi utama. Tingginya sekitar 3 meter. Candi perwara lebih sederhana karena tak begitu banyak hiasan atau reliefnya.
[caption id="attachment_379621" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Ciri khas candi Budha diketahui dari stupa-stupa yang berada di bagian atas candi. Bagian stupa ada juga yang berada di dekat batu reruntuhan. Memang, sebagian candi masih berujud reruntuhan menunggu untuk dipugar.
Wisatawan yang mengunjungi Candi Lumbung biasanya adalah "turis serius" yang tak sekedar datang, haha hihi, foto, terus pulang. Dari yang saya temui waktu itu, ada penikmat perjalanan, penyuka sejarah, peneliti, maupun mahasiswa.
Salah satu wisatawan asal Singapura yang mengungkapkan kekagumannya atas peninggalan sejarah yang menggambarkan kerukunan beragama pada masa lalu.
"Di sana yang besar itu (Prambanan) Candi Hindu, lalu saya ke sini bertemu Candi Budha. Saya pikir bagaimana pada masa lebih dari satu milenial lalu kehidupan agama sangat damai," kata Vincent, salah satu mahasiswa asal Singapura.
Mengunjungi Candi Lumbung paling bagus pada pagi atau sore hari. Selain tidak panas, sinar matahari yang masuk juga memberi nuansa yang lebih eksotis.
Teguh Joko Sutrisno | Prambanan, DIY
Candi Lumbung, Candi Budha di Komplek Hindu Prambanan
Sabtu, 26 September 2020 - 10:44 WIB