Gatot Nurmantyo telah menunjukkan bagaimana para jurnalis sudah kehilangan juklak profesionalitasnya. Mantan Panglima TNI ini telah membuat ngakak mereka yang mengkritisi kemampuan para jurnalis masa kini. Para jurnalis bermazhab viralisme.
Akhir-akhir ini Gatot Nurmantyo getol bicara soal Partai Komunis Indonesia (PKI). Apakah karena bulan September ini adalah "bulan politisnya" isu PKI? Apakah Gatot sedang mengejar eksistensi politik bagi dirinya?Entahlah, karena kita tidak akan mengobrol soal politik!Gatot Nurmantyo menjabat sebagai Panglima TNI sejak 8 Juli 2015 hingga 8 Desember 2017.Suatu saat, 16 Mei 2016, soal isu PKI, Gatot menengarai isu itu diembuskan pihak tertentu untuk mengadu domba warga negara Indonesia. Ini diungkapkan Gatot di Rupatama, Markas besar Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.Menyusul kemudian, Kamis 2 Juni 2016, dalam simposium bertema "Mengamankan Pancasila dari Ancaman PKI dan Ideologi Lain" di Balai Kartini, Jakarta. Saat itu, Gatot berpendapat ideologi kapitalisme lebih berbahaya ketimbang PKI .Setahun kemudian, September 2017, beredar informasi soal pemutaran film G30S/PKI. Gatot mengakui memerintahkan institusi TNI untuk menggelar nonton bareng film karya sutradara Arifin C Noer itu.Namun kini di tahun 2020, Gatot mengaku merasakan kebangkitan PKI sejak 2008. Mengapa itu tidak diungkapkannya pada 2016? Mengapa malah mengatakan hanyalah isu yang dihembuskan untuk memecah belah negeri ini?Apalagi, 21 September 2020, Gatot bicara soal pencopotan dirinya terkait perintah pemutaran film G30S/PKI.Dalam video berjudul "Jenderal Gatot Endus PKI Gaya Baru Sejak 2008" diunggah oleh kanal YouTube Hersubeno Point, Gatot banyak bicara soal PKI.https://youtu.be/8bf_NjF52KESssttt ... Apakah Gatot sedang melakukan pencitraan menuju Pilpres 2024 lewat isu PKI? Jurnalis Mazhab Viralisme Pernyataan Gatot lah yang menarik untuk menjadi obrolan. Obrolan untuk kaum jurnalis! Obrolan yang tidak berat, ringan saja, namun serius. Soal bahwa menjadi seorang jurnalis bukan hal mudah.Cuk, banyak para jurnalis yang terjebak komentar narasumber, seperti Gatot Nurmantyo. Apa yang diungkapkan Gatot adalah opini. Opini yang belum kalian verifikasi fakta-faktanya.C.P Scott dari The Manchester Guardian, mengatakan bahwa “comment is free but facts are sacred”. Opini itu bebas, tetapi fakta adalah suci. Apa artinya?Waspadai reportase interpretasi, jangan lupakan reportase yang mendalam, reportase yang investigative dan reportase fakta yang komprehensif. Demikian ditegaskan Jacob Oetama dalam pidato penerimaan penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa dalam bidang komunikasi dari Universitas Gadjah Mada, 17 April 2003.
Pekerjaan media bukan saja profesi tetapi panggilan hidup. Tugas ikut mencerahkan anak bangsa tugas membangun masyarakat madani, tugas membawa masyarakat kepada komitmen dan kehendak menyejahterakan bangsa, tugas-tugas itu patut dan menuntut komitmen wartawan sebagai panggilan hidup! --- Jacob OetamaJadilah jurnalis yang berpikir dan merasa, yang rasional sekaligus sensitif, yang berdedikasi kepada dunia obyektif di luar “sana” dan kepada dunia subyektif di dalam “sini”, demikian kata John C. Merrill.Jangan-jangan, kalian juga tidak tahu siapa John C. Merrill?
John Calhoun Merrill adalah Profesor Emeritus program studi jurnalisme di Universitas Missouri. Beliau adalah penulis 30 buku dan lebih dari 100 artikel di berbagai jurnal.
Baca Juga :