Marissa mengaku, darah Indonesia mengalir dari ayahnya. Sedangkan ibunya adalah keturunan Tionghoa asal Thailand.Saat kuliah S1, Marrisa mengambil jurusan psikologi, lalu kemudian mengambil kuliah ilmu hukum.[caption id="attachment_376475" align="alignnone" width="900"]
Ayah Marissa dari Indonesia, ibu dari Thailand (Foto: Dok.pribadi)[/caption]Marissa sendiri lahir dan besar di Amerika Serikat dan belum pernah sekali pun ke Indonesia. Meski demikan, bukan berarti ia tercerabut dari nilai-nilai Indonesia."Saya bangga menjadi orang Indonesia. saya bangga dengan warisan budaya saya. Nenek saya dan tentu saja ayah saya. Meski ia (ayahnya) besar di Singapura. Yang saya cerna dari budaya indonesia bahwa betapa betapa pentingnya nilai keluarga,"katanya.Saat ditanya apakah menguasai bahasa Indonesia atau batak, begini jawaban Marrisa."Opung saya mengajari saya bahasa Batak sedikit. Saya paham beberapa kata dalam bahasaBatak. Saya agak malu karena tidak belajar bahasa Indonesia. Tapi saya berencana akan belajar supaya cukup mengertilah," ungkapnya.[caption id="attachment_376477" align="alignnone" width="900"]
Marissa di ruang kerjanya (Foto: VOA Indonesia)[/caption]Marrisa mengaku, apa yang dicapainya sekarang bukan hanya dari kerja keras semata, tapi juga dukungan keluarga."Kerja keraslah untuk mewujudkannya. Keluarga itu sangat penting dan mereka bisa menjadi pendukung. Dan kalau keluarga tidak bisa jadi pendukung, ada orang-orang yang bisa memberikan bimbingan," katanya lagi. VOA Indonesia
Baca Juga :