water catchment area
."Tapi upaya apapun akan sulit kalau tidak ada dukungan masyarakat. Karena saya lihat banyak warga menambang di tanah pribadi, meskipun itu akan mengganggu proses penangkapan air," katanya.[caption id="attachment_372726" align="alignnone" width="900"] Gusti Kanjeng Ratu Hemas didampingi cucu tertua, Raden Mas Gustilantika Marrel Suryokusumo meninjau kondisi Sungai Gendol, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Rabu (9/9). Foto: Istimewa[/caption]Mendampingi Ratu Hemas, Raden Mas Gustilantika Marrel Suryokusumo mengungkapkan dirinya cukup memahami kekesalan yang dirasakan neneknya tersebut. Pasalnya, cucu tertua Sultan HB X itu sebelumnya juga melihat langsung beberapa lokasi yang mengalami kerusakan."Tidak hanya lokasi tambang, jalan yang sebetulnya jalur evakuasi juga banyak yang rusak karena bobot pengangkut pasir yang mungkin sekali melebihi tonase," kata Marrel.Dalam kunjungan tanpa pengawalan ke sejumlah lokasi di wilayah Kecamatan Cangkringan dan Pakem itu, Marrel juga mengajak GKR Hemas menemui sejumlah pegiat lingkungan. Menggunakan mobil berpenggerak empat roda, dia membawa Ratu Hemas berkeliling hingga masuk ke sungai-sungai terjal."Sengaja, biar Eyang Putri melihat sendiri apa yang selama ini saya temui," katanya.Selain itu, Marrel memiliki misi untuk mengajak GKR Hemas menemui Kepala Dukuh Kaliurang Timur Anggara Daniawan, pegiat isu air Bambang Kotir, dan pelaku industri jasa wisata Heri Giarto. Pertemuan yang berlangsung tidak formal itu adalah upaya Marrel untuk memberikan gambaran utuh bagaimana sektor wisata tetap dapat memberikan dampak ekonomi tanpa mengganggu fungsi ekologi.Dalam setiap pertemuan, Marrel berpesan agar masyarakat tetap berupaya menjaga kelestarian lereng Merapi. Pasalnya, selain menopang ketersediaan air yang penting bagi pertanian dan sektor lain di Yogyakarta, Merapi juga memiliki fungsi kultural karena sebagai kota budaya, berbagai ritual keraton kerap digelar di gunung itu.
Baca Juga :