Keterbatasan fisik, ternyata tidak menghalangi seseorang untuk tetap mampu bekerja.
Asrofi (66), kakek tua si buta pemanjat pohon kelapa, dengan cekatan memanjat pohon kelapa, tidak membutuhkan waktu lama sudah sampai di puncak pohon setinggi 15 meter. Sang kakek tua ini, selain memanjat pohon kelapa, bisa membuat alat musik (gumbeng) menggunakan bambu bekas yang bisa mengeluarkan suara merdu berirama.Belasan butir kelapa tua telah petik dan dijatuhkan, mbah Asrofi alias mbah Waras panggilan sehari-harinya. Ia mengandalkan perasaan untuk mengecek buah kelapa muda dan tua, bukan memakai pandangan mata karena Asrofi sudah kehilangan penglihatannya sejak kecil.Mbah Asrofi tinggal di RT 01 RW 06 Dusun Ngemplak, Desa Sambeng, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, beliau tinggal sendirian di rumah sederhana berukuran 6 x 6 meter.Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, mbah Asrofi bekerja sebagai pemetik buah kelapa, dan perajin lincak atau kursi bambu bahkan pembuat alat music (gumbeng).Asrofi mengatakan, pekerjaan itu dilakoni sejak masih muda, sejak bujangan menekuni pekerjaan sebagai pemetik buah kelapa, dan membuat lincak, pekerjaan memetik buah kelapa dilakukan apabila ada perintah dari tetangganya.Biasanya ada yang perintah, minta tolong memetik buah kelapa, sehari saya mampu memanjat hingga sepuluh pohon, dengan upah lima puluh ribu rupiah, cukup untuk memenuhi kebutuhan makan saya sendiri tiap hari,” terangnya.Asrofi mendapat upah kurang lebih dua butir kelapa, perpohon yang dipanjat, tapi ia selalu meminta dalam bentuk uang, ia tidak memiliki sarana untuk mengupas buah kelapa hingga siap jual, ia hanya mengupas dengan sebilah pisau (pengot).Apabila tidak ada yang memintanya memetik kelapa, Asrofi membuat kursi bambu dan alat musik di rumahnya, kursi dan alat tersebut ia jual sendiri di pasar. Ia jalan kaki ke pasar membawa paling banyak dua lincak dan beberapa alat musik (gumbeng). Menurutnya, lincak dan gumbeng dagangannya belum tentu laku terjual.Kemampuan memanjat pohon kelapa didapatnya secara otodidak, sedangkan keterampilannya membuat kursi diajari mendiang ayahnya, sewaktu Asrofi masih muda, bapak Arofi yang mengajari membuat lincak, katanya biar kelak bisa mandiri, dan ternyata sekarang bisa menekuni pekerjaan itu serta ada hasilnya. Soal penglihatan, sama sekali tidak mengganggu aktivitas harian .Asrofi tinggal sendirian, anak perempuan semata wayangnya tinggal bersama saudaranya di desa tetangga, meski demikian kata Asrofi, anaknya sering datang ke rumah membawakan makanan.Tetangga Asrofi, mengaku senang dengan sifat Asrofi yang mandiri, dan tidak berpangku tangan mengandalkan bantuan orang, memang banyak yang kasihan, tetangga saat ingin membantu melakukan caranya dengan meminta tolong jasa Asrofi untuk mengerjakan sesuatu, baru beliau mau menerima.
Eddy Suryana | Purworejo, Jawa Tengah
Baca Juga :