Mauritius Umumkan Keadaan Darurat Lingkungan Setelah Tragedi Minyak Tumpah

Mauritius Umumkan Keadaan Darurat Lingkungan Setelah Tragedi Minyak Tumpah
Mauritius Umumkan Keadaan Darurat Lingkungan Setelah Tragedi Minyak Tumpah (Foto : )
Mauritius mengumumkan keadaan darurat lingkungan setelah sebuah kapal kargo curah kandas dan menumpahkan bahan bakarnya ke lautan.
Mauritius mengumumkan keadaan darurat lingkungan setelah sebuah kapal kargo curah MV Wakashio kandas dan menumpahkan bahan bakarnya ke lautan. “Kami berada dalam situasi krisis lingkungan,” kata Menteri Lingkungan Mauritius Kavy Ramano.Sementara itu Menteri Perikanan Mauritius Sudheer Maudhoo mengatakan insiden tersebut merupakan yang pertama kali dihadapi negara itu. Maudhoo menambahkan Mauritius tidak memiliki perlengkapan yang mencukupi untuk mengatasi masalah tersebut.Para menteri mengatakan semua upaya menstabilkan kapal telah gagal karena gelombang laut yang ganas dan upaya untuk memompa minyak juga gagal. Para ahli ekologi khawatir kapal itu bisa pecah dan akan menyebabkan kebocoran yang lebih parah.Jika hal itu benar-benar terjadi, maka akan berpotensi menimbulkan kerusakan dahsyat di sepanjang garis pantai pulau itu. “Kementerian telah diberitahu bahwa adanya pelanggaran di kapal MV Wakashio dan ada kebocoran minyak,” kata pernyataan kementerian lingkungan.Masyarakat Mauritius, termasuk nelayan dan operator perahu, diminta untuk tidak mendekati dan menjelajahi pantai dan laguna Blue Bay, Pointe d’Esny, dan Mahebourg.Kapal MV Wakashio kandas pada 25 Juli dan awak kapalnya telah dievakuasi. Saat kapal itu kandas, MV Wakashio tidak membawa muatan. Minyak yang bocor berasal dari retakan di lambung kapal.Dilansir dari Reuters, Sabtu (8/8/2020) minyak yang tumpah dari kapal yang kandas di terumbu karang itu menciptakan bencana ekologi, membahayakan karang, ikan dan kehidupan laut lainnya. Perdana Menteri Mauritius Pravind Kumar Jugnauth mengumumkan keadaan darurat lingkungan dan memohon bantuan internasional atas bencana ini.Kelompok aktivis lingkungan Greenpeace mengatakan tumpahan itu kemungkinan besar merupakan salah satu krisis ekologi paling mengerikan yang pernah dialami Mauritius.