Ki Ageng Selo adalah legenda "Gundala" masa lampau. Dalam tradisi lisan di beberapa daerah di Jawa Tengah, Ki Ageng Selo adalah tokoh sakti yang mampu menangkap petir atau dalam bahasa Jawa adalah Bledheg. Seperti apa wujud petir dalam legenda tutur tanah Jawi?
Dikisahkan ...
Musim tanam padi telah menjelang. Suatu hari yang dirundung mendung, Ki Ageng Selo pergi ke sawah, mencangkuli tanah. Langit mendung lalu turun hujan. Tiba-tiba ... Duarrr! petir menyambarnya.
Namun, dengan kesaktiannya, Ki Ageng Selo berhasil menangkap petir itu. Petir itu menggeliat lalu berubah wujud menjadi Naga.
Ki Ageng Selo kemudian mengikatnya ke sebuah pohon Gandrik. Merampungkan menggarap sawah. Lalu sore membawa Naga "Bledheg" itu pulang ke rumah.
Keesokan harinya dia ke Demak, Naga Bledheg dihaturkan kepada Sultan Trenggana.
Ketika dibawa kepada Sultan Demak, naga ini berubah menjadi seorang kakek. Kakek itu kemudian dikerangkeng oleh Sultan Trenggana dan menjadi tontonan di alun-alun.
Banyak orang yang berdatangan untuk melihat petir yang berwujud naga lalu berubah menjadi kakek. Di antara banyak orang, datanglah seorang nenek membawa air dalam kendi. Air itu diberikan kepada kakek dalam kerangkeng dan diminumnya.
Tiba-tiba, terdengar suara petir menggelegar. Bersamaan, kakek maupun nenek itu menghilang. Sedangkan jeruji besi tempat mengurung kakek “bledheg” hancur berantakan.Lawang Bledheg
Kisah menangkap petir ini diabadikan dalam ukiran pada Lawang Bledheg atau pintu petir di Masjid Agung Demak.
[caption id="attachment_353581" align="alignnone" width="871"] Foto: Padasuka.id[/caption]
Ukiran pada daun pintu itu memperlihatkan motif tumbuh-tumbuhan, suluran (lung), jambangan, mahkota mirip stupa, tumpal, camara, dan dua kepala naga yang menyemburkan api.
Lawang Bledheg ini sekaligus menjadi prasasti berwujud sengkalan memet (chronogram) dibaca “Naga Mulat Salira Wani” yang menunjukkan angka tahun 1388 S atau 1466. Tahun itu diyakini sebagai cikal bakal berdirinya Masjid Agung Demak.
Password Anti Kesamber Petir
Dari kisah itu berkembang mitos password anti kesamber petir. Password ini adalah, “Gandrik! Aku iki putune Ki Ageng Selo” yang artinya, “Gandrik! Saya adalah cucunya Ki Ageng Selo.”
Kalimat itu sakral bagi sebagian penduduk lereng Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Mereka percaya kalimat itu adalah password menghindarkan mereka dari sambaran petir ketika hujan.
Masa Pungkas Ki Ageng Selo
Ki Ageng Selo hijrah ke sebuah desa di sebelah timur Tawangharjo, Kabupaten Grobogan. Dia hidup sebagai petani dan memperdalam spiritualitas, filsafat serta ilmu kepemimpinan. Desa tempatnya tinggal kini kemudian dinamakan Desa Selo. Di desa ini juga dia meninggal dan dimakamkan.
Cicit Ki Ageng Selo bernama Sutawijaya yang berjuluk Ngabehi Loring Pasar adalah pendiri Kerajaan Mataram II atau Kesultanan Mataram. Sutawijaya memerintah sebagai raja pertama pada tahun 1587-1601.
Baca Juga :