Selokan Mataram, Kisah Siasat Raja Jogja Demi Rakyat Yogyakarta

Selokan Mataram, Kisah Siasat Raja Jogja Demi Rakyat
Selokan Mataram, Kisah Siasat Raja Jogja Demi Rakyat (Foto : )
Selokan Mataram ternyata bukan sekadar saluran irigasi. Selokan terkenal di Yogyakarta ini merekam cerita tentang seorang pemimpin yang mencintai rakyatnya. Selokan Mataram adalah monumen siasat demi rakyat, peninggalan Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Tahukah Anda bahwa Selokan Mataram memiliki nama lain Kanal Yoshiro? Kanal Yoshiro? Ya! Saat itu masa penjajahan Jepang sedang berlangsung ... Sebentar, sebenarnya banyak yang bisa didiskusikan jika mengatakan bahwa Jepang menjajah Indonesia. Mengapa pula Soekarno bahkan menjadi bintang iklan pengerahan massa besar-besaran, menciptakan jargon: Pahlawan Pekerja Sukarela! Padahal sejatinya adalah kerja paksa. Romusha! Baca juga: Bung Karno, Bintang Iklan Romusha Bernomor 970
Ah, sudahlah, kita kembali lagi ke Kanal Yoshiro. Singkat cerita, rakyat yogyakarta begitu menderita akibat adanya kerja paksa, romusha. Rakyat dikirimkan ke luar pulau bahkan ke negara jajahan Jepang lainnya untuk membangun jalan, jembatan, benteng, dan banyak lagi demi kepentingan Jepang. Akibatnya, banyak rakyat yang meninggal mengenaskan karena kelaparan dan besarnya penderitaan. Adalah Sultan Hamengku Buwono IX yang mempunyai siasat cerdik. Raja Ngayogyakarta Hadiningrat ini mengusulkan pada Jepang agar rakyatnya dikerahkan untuk membangun saluran irigasi yang menghubungkan Sungai Progo dan Sungai Opak. Alasannya, dengan begitu Yogyakarta bisa menyetor lebih banyak hasil bumi pada Jepang, bujuk Sultan. Wilayah Mataram suatu saat akan makmur. Syaratnya, Kali Progo di sebelah barat dengan Kali Opak di sebelah timur disatukan. Usulan itu diterima bahkan didanai oleh pihak Jepang dan mulai dikerjakan tahun 1942. Para pekerja pembangunan saluran irigasi ini bahkan juga diupah. Meskipun rakyat Yogyakarta tetap harus bekerja merampungkan proyek besar ini, namun setidaknya mereka tidak harus keluar daerah atau pulau. Kedua, nantinya hasil kerja keras mereka dapat dinikmati mereka sendiri. Sultan Hamengku Buwono IX menamainya Kanal Yoshiro. Nama Yoshiro ini merujuk pada tokoh Shimazu Yoshiro, seorang jenderal besar Jepang dari klan Shimazu pada masa perang sipil atau periode Sengoku.

Yoshiro yang dirujuk dalam kaitannya dengan Selokan Mataram adalah Shimazu Yoshihiro (1535 - 1619). Seorang bangsawan penguasa wilayah atau Daimyo pada masa perang sipil atau Periode Sengoku.

Gigih dan taktis dalam berperang membuat namanya kondang. Dalam pertempuran Kizakihara (1572) pasukannya yang hanya berkekuatan 300 orang mengalahkan Ito Yoshuke yang mempunyai 3000 orang.

Kemenangan banyak diraihnya, seperti pertempuran Takabaru (1576), Mimigawa (1576), Minamata (1581) dan Hetsugigawa (1578). Juga invasi ke Korea (1592 dan 1597) dalam perang selama tujuh tahun. 

Saluran irigasi sepanjang 31,2 kilometer yang mengairi areal pertanian seluas 15.734 hektar kemudian dikenal dengan nama Selokan Mataram seturut tutur Sultan Hamengku Buwono IX yang tak lagi menyebut Kanal Yoshiro. Selokan Mataram melintas di atas aliran 24 sungai dan di bawah 3 sungai yaitu Opak, Krasak, Code. Juga menyusup di bawah tanah permukiman warga di Pedukuhan Jetis, Dusun Ngluwar dan Krajan Desa Bligo).