Paryanto, Juru Pelihara Candi Ngempon. Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]Namanya Paryanto (40), ia adalah petugas juru pelihara yang khusus merawat Candi Ngempon. Dan sudah pasti, ia tahu betul sejarah dari candi ini."Ngempon itu dari kata empu, jadi dulu jaman kerajaan banyak orang yang ngempu di sini sebagai bagian dari proses untuk menjadi empu. Mereka dari para kasta brahmana untuk dididik di bidang olah kanuragan, sastra budaya maupun kerohanian," kisahnya.
Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]Di bagian luar ada lagi kolam yang sudah direnovasi berbentuk persegi. Di ujungnya ada semacam prasasti peninggalan jaman kerajaan."Itu ditemukan saat kita mau membuat jalan dari kolam satu ke kolam lainnya, terus menemukan sebongkah batu yang ada tulisannya," tambahnya.Secara keseluruhan, kompleks air panas Derekan dan Candi Ngempon ini memang ideal kalau dulu jadi tempat pengemblengan para empu. Lokasinya sekarang saja dikelilingi hutan yang sebagian sudah beralih menjadi sawah.[caption id="attachment_348579" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]Bayangkan pada jaman empu ratusan tahun lalu, mungkin ini masih hutan belantara yang menambah daya uji bagi yang belajar kanuragan maupun kerohanian.Kolam peninggalan kerajaan Mataram Hindu ini disucikan oleh umat Hindu. Petirtaan Derekan ini juga sudah ditetapkan sebagai benda warisan cagar budaya.
Ngempon berasal dari kata Empon yang dasar mula kata adalah Empu. Di sinilah lokasi berkumpulnya para Empu. Itulah mengapa, kawasan candi ini disebut Empon, Pangempon atau Pangempuan. Di sinilah para Empu memahamkan pengetahuan hingga akhirnya diwisuda atau ditahbiskan.
Candi Ngempon adalah kompleks candi yang berisi sembilan bangunan. Saat ditemukan oleh seorang petani pada tahun 1952, kondisinya berupa reruntuhan yang tertimbun tanah. Lalu, Dinas Purbakala secara bertahap merekonstruksi candi, sehingga pada saat ini ada 4 candi yang berhasil dipugar secara utuh. Sedangkan 5 lainnya masih berupa reruntuhan batu."Ada satu candi utama yang berada di tengah, ukurannya lebih besar, sedangkan yang ada di sekitarnya itu candi perwara atau pendamping," lanjutnya sambil menunjuk ke arah candi.Ia menambahkan, kompleks Candi Ngempon merupakan satu kesatuan dengan sumber air panas atau Pentirtaan Derekan di seberang sungai. Kemungkinan, sumber air panas itu dulu tempat istirahat atau transit para empu sebelum digembleng di kawasan Candi.Ada beberapa sumber air, ada yang panas ada yang dingin. Sampai sekarang masih dipakai untuk kungkum atau berendam. Ada yang kungkum biasa untuk menyegarkan badan, ada juga yang berupaya mengobati penyakit kulit karena air panasnya mengandung mineral belerang yang diyakini bisa menyembuhkan."Pada saat tertentu ada juga yang kungkum di sini untuk tujuan yang mereka yakini. Seperti mencari wangsit atau sedang menjalani semacam laku," cerita Paryanto.Dari Candi Ngempon saya menyeberang jembatan besi dan sampai di sumber air panas Derekan. Ada beberapa orang yang sedang berendam. Rata-rata untuk berobat penyakit kulit. Kolam pria dan perempuan terpisah tembok. Kolamnya berair bening tapi sedikit putih dan ada warna kekuningan di bebatuan pinggirnya."Pada saat pertama dulu sumber air panas ini ada di tengah sawah, lalu tahun 2009 itu dibuat bangunan peneduh yang sekarang ini. Kemudian kalau warna kolam kuning itu karena pengaruh belerang, warnanya kan memang begitu," kata salah satu penjaga sambil menyodorkan karcis masuk ke saya. Gak mahal, setara beberapa gorengan lah. Kata penjaga ini untuk dana perawatan situs air panas.[caption id="attachment_348582" align="alignnone" width="900"]Baca Juga :