Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya adalah raja pertama Kerajaan Medang periode Jawa Tengah (atau lazim disebut Kerajaan Mataram Kuno). Raja Sanjaya ini memerintah dari tahun 717 - 746 M.
Namanya dikenal melalui prasasti Canggal dan prasasti Mantyasih, serta naskah Carita Parahyangan.
Dalam prasasti Mantyasih yang dikeluarkan Maharaja Dyah Balitung tahun 907, nama Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya tertulis pada urutan pertama para raja Kerajaan Medang.
Sanjaya mengeluarkan prasasti Canggal tanggal 6 Oktober 732 yang berisi tentang pendirian sebuah lingga serta bangunan candi untuk memuja Siwa di atas sebuah bukit di Gunung Wukir, dekat Kedu, Jawa Tengah.
Setelah menemukan mata air yang jernih dan tenang, lanjut Prastowo, Raja Sanjaya memerintahkan pengikutnya membangun tempat ibadah berupa candi. [caption id="attachment_348532" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption] "Sisa reruntuhan candi masih ada di dekat pohon itu, namun saat ini diberi pagar dan digembok oleh Pemkot Salatiga karena dibawahnya ada sumber mata air yang disedot untuk kebutuhan air minum warga Salatiga," tuturnya. [caption id="attachment_348534" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption] Masyarakat setempat percaya kalau Sendang Senjoyo ini tempat yang sakral dan sering digunakan untuk olah spiritual dan kanuragan. [caption id="attachment_348535" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption] Termasuk oleh Joko Tingkir yang sering melakukan ritual "laku" di sini sebelum kemudian menjadi Raja Pajang dengan nama Sultan Hadiwijaya.Dalam tradisi Jawa Jaka/Joko Tingkir atau Mas Karèbèt atau ejaan Tionghoa: Peng King Kang adalah pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Pajang. Joko Tingkir yang kemudian dikenal dengan nama Sultan Hadiwijaya memerintah tahun 1549-1582.
"Itulah, dari jaman kerajaan Hindu hingga kerajaan Islam tempat ini didatangi para brahmana hingga ulama diiringi doa-doa yang beliau panjatkan dengan hati yang bersih. Masyarakat desa sini meyakini atas doa-doa tersebut maka Tuhan Yang Maha Kuasa memberi keistimewaan pada mata air Senjoyo yang tidak pernah kering walau musim kemarau panjang sekalipun," kisahnya. [caption id="attachment_348537" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption] Hingga saat ini, banyak orang yang datang ke sini untuk melakukan ritual menurut keyakinan mereka. Tujuannya macam-macam. "Ya itu tiap orang punya keyakinan masing-masing, ada yang mencari wangsit, ada yang ngelmu, ada yang belajar kanuragan, hingga mendekatkan diri pada Yang Kuasa. Dan kalau malam 1 Suro itu banyak yang kungkum di sini," tambahnya. [caption id="attachment_348538" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption] Lepas dari beragam ritual, yang jelas Sendang Senjoyo ini memancarkan daya yang damai, kalau orang Jawa menyebutnya "panggenan ayem". Airnya bening hingga tembus ke dasar sendang. Luapannya membentuk sungai yang dimanfaatkan warga sekitar untuk mengairi pertanian dan membuat kolam ikan. Sawah di Tengaran dan Salatiga tak pernah kekurangan air karena mendapat pasokan dari Sendang Senjoyo ini. Teguh Joko Sutrisno | Kabupaten Semarang, Jawa Tengah