Ditengah pandemi, presiden Guinea-Bissau di Afrika Barat ini memecat lima menterinya sekaligus, termasuk Menteri Pertahanan dan Menteri Dalam Negeri.
Presiden Guinea-Bissau, di Afrika Barat, Umaro Sissoco Embalo telah memecat lima menteri dalam kabinetnya, termasuk menteri pertahanan dan menteri dalam negeri, demikian menurut sebuah keputusan yang dikeluarkan pada hari Minggu (28/6/2020).Embalo tidak menyebutkan alasan pemberhentian para menteri, yang semuanya adalah anggota partai MADEM-15 Embalo atau partai-partai yang setia kepada presiden.Langkah ini mempertinggi ketidakpastian politik di negara kecil Afrika Barat itu, tempat Embalo menyatakan kemenangan pemilu setelah pemungutan suara Desember lalu. dan Domingos Simoes Pereira dari partai PAIGC berada di urutan kedua."Ini adalah strategi bagi Umaro Sissoco Embalo untuk mendapatkan mayoritas di parlemen," kata situs pro-PAIGC Ditadura de Consenso dalam analisis online menyusul dikeluarkannya dekrit tersebut.Pemecatan para menteri dilakukan menjelang sidang parlemen pada hari Senin, ketika para anggota parlemen diharapkan untuk berdebat tentang aliansi politik mana yang memiliki hak untuk memerintah negara.Gejolak pasca pemilihan telah memupus harapan bahwa pemungutan suara akan mengakhiri tahun kekacauan kelembagaan.Mantan presiden Jose Mario Vaz melakukan bongkar pasang tujuh perdana menteri dalam lima tahun di tengah perselisihan dengan PAIGC, yang mengendalikan kursi terbanyak di parlemen.Republik Guinea-Bissau adalah sebuah negara yang berada di Afrika Barat. Negara ini berbatasan dengan Senegal di utara dan Guinea di sebelah selatan dan timur, dan Samudera Atlantik di sebelah barat. Negara ini mencakup 36.125 km², dengan populasi sekitar 1.600.000 jiwa.Guinea-Bissau dulu merupakan bagian dari Kerajaan Kaabu, yang merupakan bagian dari Kekaisaran Mali. Bagian dari kerajaan ini bertahan hingga abad ke-18, sementara beberapa bagian lainnya adalah bagian dari Kekaisaran Portugal. Kemudian Guinea-Bissau menjadi bagian dari koloni Portugal, Guinea Portugal pada abad ke-19. Setelah kemerdekaan, dideklarasikan pada 1973 dan diakui pada 1974, nama ibu kotanya, Bissau, ditambahkan ke dalam nama negara untuk menghindari kekeliruan dengan negara Guinea.Guinea-Bissau memiliki sejarah ketidakstabilan politik sejak meraih kemerdekaannya dan tidak ada presiden terpilih yang berhasil menyelesaikan jabatannya selama lima tahun penuh. Pada malam 12 April 2012, para anggota militer negara ini terlibat dalam sebuah kudeta dan menangkap presiden sementara dan calon presiden terdepan. Pihak militer masih belum mengumumkan pemimpin bagi negara ini.Meskipun demikian, mantan Wakil Kepala Staf, Jenderal Mamadu Ture Kuruma telah ambil peduli akan nasib negara ini dalam masa transisi dan mulai bernegosiasi dengan pihak-pihak oposan.
Reuters/Antara
Baca Juga :