Gereja Blenduk. Kalau kalian pernah traveling ke Semarang dan mampir ke Kota Lama, pastinya tahu lah gereja ini. Kalau sampai nggak tau ya kebangeten. Lha wong gereja ini trade marknya Kota Lama. Ikon lah begitu. Maka jika ada bangunan yang paling banyak dikunjungi dan dibuat latar belakang foto, ya Gereja Blenduk ini.
Nama gereja yang berada persis di tengah kawasan Kota Lama ini memang unik dan mengundang tanya. Gereja Blenduk. Gereja ini dibangun oleh orang Eropa. Lha kok namanya Blenduk?
Begini ceritanya,
Aslinya, nama bangunan putih yang tinggi menjulang ini adalah Protestant Church in Western Indonesia Immanuel Semarang atau Gereja Protestan Indonesia Barat (GPIB).
[caption id="attachment_341905" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Pertama dibangun pada tahun 1753 oleh masyarakat Kristen Eropa di Semarang waktu itu. Pada awalnya, bentuk bangunan berupa rumah joglo Jawa. Lalu setelah beberapa kali renovasi hingga tahun 1894, bentuk bangunannya jadi punya kubah besar di tengah dan ditambah 2 menara di samping kanan kiri. Adalah W. Westmaas dan H.P.A. de Wilde, arsitek dari Eropa, yang merenovasi jadi begini.
[caption id="attachment_341906" align="alignnone" width="900"]
Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Kalau dilihat sekilas bangunan ini malah mirip masjid, karena kubahnya itu. Nah bentuk kubah seperti ini oleh orang Semarang disebut "Blenduk". Maka gereja Kristen tertua Jawa Tengah ini populer dengan nama Gereja Blenduk. Arti Blenduk dalam bahasa lokal adalah menggelembung, seperti kubah.
[caption id="attachment_341907" align="alignnone" width="900"] Gereja Blenduk dilihat dari atas yang berbentuk oktagonal. Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Dilansir dari situs kebudayaan.kemendikbud.go.id arsitektur Gereja Blenduk adalah sebuah gaya arsitektur yang berkembang di Eropa sekitar abad 17-19 Masehi. Denahnya berbentuk segi delapan beraturan dan atap berbentuk kubah.
[caption id="attachment_341908" align="alignnone" width="900"] Seperti bangunan di Eropa padahal di Kota Semarang. Foto: Teguh Joko Sutrisno[/caption]
Gereja ini berdiri di atas lahan seluas 400 meter persegi, persis di tepi jalan kawasan Kota Lama yang sekarang diberi nama jalan Soeprapto.
Saya beberapa kali datang ke Gereja Blenduk tapi sekedar melintas atau mengamatinya berlama-lama dari luar. Kalau masuk ke dalam gereja, yang saya ingat baru sekali, itu pun beberapa tahun lalu. Tapi karena gereja ini adalah cagar budaya, keadaan di dalamnya kurang lebih sama, karena aturan cagar budaya memang harus mempertahankan keasliannya.
[caption id="attachment_341911" align="alignnone" width="900"] Tampak area dalam Gereja Blenduk, yang berada di kawasan Kota Lama Semarang Jalan, Letjen Suprapto, No 32, Jumat (14/2/2020). Foto: Muhammad Khoiru Anas[/caption]
Memasuki dalam ruangan gereja, aroma-aroma kuno masih tetap terasa. Wajar karena ini adalah bangunan tua. Namun ini masih jauh lebih baik dibanding bangunan sekitar yang perawatan belumlah sebaik gereja ini.
Untuk ukuran bangunan tua, Gereja Blenduk termasuk bersih dan rapi. Ruang tengah dipakai untuk jemaat beribadah. Cukup luas untuk kebaktian di hari Sabtu Minggu. Ada tangga yang menghubungkan lantai dasar dengan sebuah balkon di atas. Balkon dipakai untuk alat musik pengiring ibadah.
Secara tata letak dan peralatan hampir sama dengan kebanyakan gereja, namun di Gereja Blenduk ini suasana dan tata ruangnya tetap mempertahankan suasana tempo dulu. Begitu juga perlengkapan ibadah seperti mimbar dan lain-lain.
[caption id="attachment_341909" align="alignnone" width="900"] Jam di salah satu menara yang masih asli meski sudah tidak jalan. Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Gereja ini masih dipakai untuk kegiatan ibadah umat Kristiani. Masih kokoh meski sudah berumur lebih dari 2 abad. "Rutin tiap Sabtu Minggu seperti biasa untuk kebaktian. Juga tiap hari besar seperti paskah dan natal," kata penjaga gereja.
[caption id="attachment_341910" align="alignnone" width="900"] Jendela kayu jati di menara masih dipertahankan meski sudah berumur 2 abad. Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Setelah revitalisasi dan perbaikan total Kota Lama, wisatawan yang datang pun bertambah banyak. Sebelum pembatasan akibat wabah covid-19, setiap hari lebih dari seribu orang yang datang. Apalagi akhir pekan. Saat ini, memasuki kenormalan baru, wisatawan lokal sudah mulai jalan-jalan tipis ke kawasan ini.
"Sudah lama sih, dua bulan lah tidak ke sini, ini tadi coba lagi ke sini ya, penasaran aja. Ternyata sudah banyak juga ya, walau tidak seperti dulu," kata Yanti, warga Semarang saat jalan pagi di Kota Lama (27/06/20).
Rina, masih satu rombongan dengan Yanti menimpali. Katanya Gereja Blenduk tetap jadi favorit meski sekarang bangunan yang lain pun sudah direnovasi jadi bersih dan enak dilihat.
"Kalau ini kan ikon ya, dan bangunannya paling beda, unik lah," tuturnya.
Gereja yang putih bersih dengan kubah merah marun, memang terlihat menonjol dibanding bangunan lainnya. Wajar jika Gereja Blenduk jadi sentral perhatian dan kunjungan. Ibarat kata, belum ke Kota Lama Semarang kalau tidak berfoto di depan Gereja Blenduk.
Namun untuk sementara ini, Gereja Blenduk ha ya bisa dilihat dari luar. Kunjungan ke dalam gereja untuk keperluan studi dan lain-lain masih ditutup. Untuk kegiatan ibadah juga masih dibatasi karena pandemi Covid-19.
Teguh Joko Sutrisno | Semarang, Jawa Tengah
Baca Juga :