Menkeu Prediksi Ekonomi Indonesia Minus 3,1 Persen di Kuartal II

sri mulyani foto instagram
sri mulyani foto instagram (Foto : )
Menteri Keuangan Sri Mulyani prediksi ekonomi Indonesia minus 3,1 persen di kuartal II 2020. Ini terjadi karena adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah daerah.
Dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (16/6/2020) Menteri Keuangan Sri Mulyani memprediksi ekonomi Indonesia minus 3,1 persen di kuartal II 2020. Ia menyebut, adanya PSBB di berbagai daerah terutama di Jakarta dan sekitarnya, Jawa Barat dan Jawa Timur akan menekan pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II. “Ini pasti mempengaruhi kinerja ekonomi pada kuartal II yang kita perkirakan di negatif teritori yaitu minus 3,1 persen,” kata Sri Mulyani. Menurutnya, perekonomian Indonesia akan mengalami titik terberat pada kuartal II. Namun untuk proyeksi kuartal III dan IV akan tergantung dari pemulihan ekonomi yang muncul. “Untuk
forecast ekonomi Indonesia 2020 akan sangat ditentukan apakah di kuartal III akan sedikit lebih baik dari kuartal II dan apakah di kuartal IV akan ada recovery yang mulai muncul,” katanya. Menkeu memastikan, pemerintah akan terus memantau berbagai perkembangan mulai dari sisi ekspor, impor, konsumsi masyarakat, hingga sentimen global dalam rangka menjaga ekonomi agar tetap tumbuh. “Ini sedang kita coba untuk tangani dan mitigasi melalui policy bagaimana mengelola risiko yang downside sudah sangat dalam agar tidak menjadi memburuk atau bisa tertahan di zona positif,” tegasnya. Sri Mulyani berharap, dengan upaya pemerintah, perekonomian nasional dapat pulih pada kuartal III dan angka positif pada kuartal IV. Menkeu juga memprediksi, berbagai negara maju juga akan mengalami  tekanan pada kuartal II. Disebutkan, Amerika Serikat terkontraksi 9,7 persen, Inggris turun 15,4 persen, Jerman turun 11,2 persen, Perancis minus 17,2 persen dan Jepang terkontraksi 8,3 persen. Selain negara-negara maju, negara berkembang turut diproyeksikan mengalami kontraksi pada kuartal II seperti India minus 12,4 persen, Singapura minus 6,8 persen, Malaysia minus 8 persen, serta hanya China tumbuh tipis di level 1,2 persen. Menurut Menkeu, pertumbuhan ekonomi China tidak minus karena negara itu sudah terkena dampak akibat Covid-19 pada kuartal I. Antara