Suami Sandra Thamrin yang dikarunia dua putra dan tiga cucu itu sejak semula berminat sebagai pencari peluang yang mempromosikan perdagangan, pariwisata, investasi dan kerja sama pendidikan.Selama menjabat dubes, Yuri menggeluti berbagai isu penting yang menjadi perhatiannya seperti lingkungan hidup, perubahan iklim, hak asasi manusia, demokrasi, kesehatan, perikanan, penanggulangan bencana dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.“Kami sangat optimistis prospek pengembangan kerja sama antara Indonesia dan Belgia, Luksemburg dan EU karena kesamaan faktor ideologis yakni sesama negara demokrasi sehingga memiliki pertautan kepentingan,” ujar Yuri.Dikatakannya Belgia, Luksemburg dan EU merupakan negara sahabat Indonesia. Dalam berbagai isu multilateral, terdapat kesamaan pandangan dan posisi yang sama untuk menciptakan dunia yang lebih adil dan lebih damai.[caption id="attachment_336014" align="aligncenter" width="900"]
Dengan dubes Beatrice Kirsch (Dirjen Protokol)[/caption]Belgia, Luksemburg dan EU mengapresiasi Indonesia sebagai negara Muslim terbesar di Asia Tenggara dengan ekonomi yang cukup kuat dan pemimpin natural ASEAN, ujar Dubes Yuri yang meraih Master Hubungan Internasional di Australian National University.Dubes Yuri yang pernah bertugas sebagai Juru Bicara Kementerian Luar Negeri itu berharap bahwa menggeliatnya kembali perekonomian Eropa akan dapat berimbas bagi peningkatan investasi Eropa ke Indonesia. KBRI Brussels berkoordinasi dengan pemda seperti NTB untuk menjajaki proyek yang siap ditawarkan ke para investor dari Eropa, khususnya Belgia dan Luksemburg.Mengingat pariwisata adalah salah satu sektor yang sangat terpukul oleh pandemi, KBRI Brussels mulai kembali mempromosikan berbagai destinasi wisata Indonesia yang siap dibuka dalam waktu dekat misalnya Bali, NTB, dan Batam, Bintan, dan Banyuwangi.Bercerita tentang capaian selama menjabat Dubes di Brussels, Yuri mengatakan KBRI memberikan beasiswa Indonesian Interfaith Scholarship untuk peneliti di Parlemen Eropa, pejabat Komisi Eropa, Kemlu Belgia, jurnalis, peneliti, tokoh pemuda dan mahasiswa mengenai Islam damai, inklusif dan toleransi beragama.Program beasiswa ini berlangsung selama enam tahun dan menghasilkan 52 alumni, ujar mantan Direktur Jenderal Asia, Pasifik dan Afrika itu.
Baca Juga :