Hasil karya suku Baduy adalah kain tenun Baduy, yang bersentuhan langsung dengan alam, adat istiadat.
Kain tenun Baduy dihasilkan oleh penenun perempuan berdasarkan kedisiplinan adat istiadat.
Di beberapa wilayah daerah di Indonesia mempunyai berbagai macam kebaragaman dari suku dan budaya. Mempunyai kekayaan alam yang sangat berlimpah sehingga menyuguhkan sumber yang dapat dipergunakan dan diolah menjadi hasil karya.
Salah satu hasil karya suku Baduy adalah kain tenun Baduy, yang bersentuhan langsung dengan alam, adat istiadat dan warisi tradisi leluhur.
[caption id="attachment_334567" align="alignnone" width="900"]
Mewarisi tradisi menenun ( Foto: antvklik Rafles umboh)[/caption]
Tradisi penenuan kain Baduy masih dilakukan sampai saat ini, dengan secara traditional dan turun menurun di kampung Baduy luar di desa Kanekes, kecamatan Leuwidamar, kabupaten Lebak, Rangkasbitung, Banten.
Kain tenun Baduy dihasilkan oleh kaum perempuan suku Baduy. Berdasarkan peraturan adat, kaum lelaki tidak diperbolehkan untuk menenun.
Pada kehidupan sehari hari masyarakat suku Baduy, kaum perempuan saat di rumah melakukan aktivitas dari memasak, mengurus anak, menenun dan bagi kaum lelakinya, mereka pergi bertani, berkebun dan mencari madu di hutan.
[caption id="attachment_334561" align="alignnone" width="900"] Sejak usia dini diajarkan cara menenun ( Foto: antvklik Rafles Umboh )[/caption]
Bagi perempuan Baduy, pada saat menenun mengajarkan kedisiplinan. Setiap anak perempuan sejak kecil mereka sudah ditanamkan kedisiplinan yang tinggi dengan cara mempelajari aturan adat dan nilai-nilai masyarakat adat Baduy melalui menenun.
Untuk menghasilkan kain tenun Baduy ini, prosesnya cukup lama, bahkan membutuhkan waktu berbulan-bulan. Motif dan warna tenunan menjadi pembeda antara Baduy luar dan dalam. masyarakat Baduy luar yang seringkali berinteraksi dengan masyarakat di luar, lebih banyak pilihan corak kain dengan berbagai warna.
[caption id="attachment_334563" align="alignnone" width="900"] Kegiatan menenun perempuan Baduy luar ( Foto : Antvklik Rafles Umboh)[/caption]
Beberapa nama motif yang dihasilkan oleh masyarakat Baduy luar adalah: motif suat samata, motif suat balimbingan, motif mata baru, motif suat songket, motif tajur pinang, motif adu mancung, motif suat kembang gedang, motif aros, motif sanglur atau motif susuatan, motif polos, motif sarung poleng, kacang herang carang, dan motif sarung poleng kacang herang kerep, sedangkan hasil tenunan masyarakat Baduy dalam hanya ada motif polos dan motif aros.
Bentuk dan corak yang dipilih bukan hanya karena unsur estetika saja tetapi berkaitan dengan ciri khas adat budaya.
[caption id="attachment_334565" align="alignnone" width="900"] Alat tradisional pemintal bendang ( Foto : antvklik Rafles Umboh)[/caption]
Kegiatan dalam menenun menggunakan seperangkat alat tenun manual, dan dpunyai di masing masing rumah. Alat tradisonal tenun Gedogan, yaitu bagian yang telah berupa kain digulung dengan batang apit, sedangkan bagian benang lungsi yang belum ditenun tergulung pada totogan.
Pada alat tenun yang ini, biasanya terdapat sisir untuk mengendalikan susunan benang lungsi dan merapatkan hasil tenunan
Di lingkungan Kampung Gajeboh Baduy sendiri, beberapa rumah juga memamerkan hasil tenunannya dan tak jarang pengunjung membeli langsung dari warga.
Kain tenun Baduy berkembang tidak hanya dibuat menjadi kain panjang, tetapi juga syal, selendang, dan sarung dengan berbagai motif dan warna.
[caption id="attachment_334566" align="alignnone" width="5135"] Hasil tenunan yang siap dijual ke wisatawan yang datang ke desa wisata Baduy ( Foto : antvklik Rafles Umboh)[/caption]
Selembar kain tenun Baduy dihargai mulai dari Rp 50.000 hingga Rp 300.000, tergantung besar dan kecil kain serta kerumitan corak dan lama proses pembuatan. Kain ini biasanya dijadikan cinderamata bagi wisatawan yang berkunjung ke kampung wisata Baduy.
Berbagai Sumber
Baca Juga :