Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menggelar Sekolah Lapang Iklim atau SLI secara virtual di Desa Legoksari, Kecamatan Tlogomulyo, Temanggung, Jawa Tengah, dimulai sejak 26 Maret 2020.
Hadir dalam acara tersebut secara virtual melalui sambungan video conference Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, serta Inisiator dan Pembina SLI di daerah tersebut Sudjadi yang juga merupakan anggota Komisi V DPR RI.Di lokasi tanam secara langsung hadir Bupati Temanggung Muhammad Al Khadziq, Kepala BMKG Pusat Dwikorita Karnawati dan Koordinator BMKG Jawa Tengah Tuban Wiyoso, serta Perwakilan dari Petani, Perwakilan dari Pamong Desa dan Perwakilan dari Tokoh Masyarakat setempat.Kegiatan tersebut digelar dengan tetap menerapkan Protokol Kesehatan, sebagai langkah antisipatif dalam menghadapi cuaca dan iklim ekstrem di tengah pandemi COVID-19, yang mengancam kualitas dan kuantitas produksi pertanian.“Petani dan Penyuluh Pertanian perlu dibekali pemahaman melalui sosialisasi secara massif dan menerus tentang cuaca dan iklim. Dengan adanya pemahaman tersebut, selain produksi yang dihasilkan dapat terjaga, dan bahkan dapat semakin meningkat, informasi dari BMKG dapat dimanfaatkan secara maksimal guna mendukung ketahanan sektor pertanian dan kedaulatan petani, terutama dalam masa New Normal saat ini”, ungkap Dwikorita.Selanjutnya Dwikorita memaparkan, info prakiraan dan prediksi cuaca ataupun iklim tersebut disampaikan secara digital melalui Aplikasi Mobile Phone INFO BMKG, yang didukung dengan kehadiran Forum Konsultasi Petani SLI - BMKG melalui WA GRUP.Dwikorita juga menambahkan, penyampaian materi dan konsultasi dilakukan secara virtual dengan bahasa sederhana, agar mudah dimengerti oleh Petani dan Penyuluh Pertanian. Metode konsultasi jarak jauh ini dilaksanakan sebagai langkah pemutusan mata rantai penyebaran COVID-19, tanpa menghilangkan substansi pokok dalam Sekolah Lapang Iklim tersebut.Jika dulu, kata Dwikorita, Petani secara tradisional bisa berpatokan pada hari dan bulan atau yang dikenal dengan kearifan lokal Pranoto Mongso, maka sekarang perlu berpatokan dengan data dan informasi, yaitu kondisi dan prediksi selama 7 hari ke depan terkait curah hujan, suhu dan kelembaban udara, serta arah dan kecepatan angin untuk tiap wilayah kecamatan, serta perkembangan dinamika musim yang dimonitor setiap 10 hari.Lebih lanjut, Sekretaris Desa Legoksari mengungkapkan bahwa penanaman bawang merah, yang merupakan fokus utama kegiatan SLI saat itu di daerah tersebut, sempat terganggu hujan ekstrem pada bulan Mei lalu.Namun, dengan adanya Forum Komunikasi SLI yang beranggotakan para Penyuluh Pertanian dan Petani dapat memperoleh informasi secara dini berupa prakiraan/prediksi ataupun Peringatan Dini Hujan Ekstrem dari Perwakilan BMKG Jawa Tengah, sehingga dapat diantisipasi dan dilakukan adaptasi yang tepat, untuk menghindari kerusakan tanaman dan kegagalan panen."Tidak ada yang bisa mencegah terjadinya cuaca ekstrem, tetapi dengan kesigapan beradaptasi, risiko bisa diminimalisir sekecil mungkin," katanya.Sekretaris Desa Legoksari juga menyampaikan bahwa, dalam situasi pandemi Covid-19 ini komoditas bawang merah yang ditanam para petani tetap dapat dipanen dengan produksi mencapai 6 - 8 ton per hektar, meskipun sempat terlanda hujan ekstrem.Hasil tersebut tentunya sangat menggembirakan dan menguntungkan petani, terlebih saat ini harga bawang merah sedang tinggi, dapat mencapai Rp40 ribu per kilogram di pasar."Waktu tanam terbilang masih tepat, meskipun agak terlambat karena adanya wabah Covid-19. Alhamdulillah, keterbatasan yang dihadapi Petani selama wabah tersebut dapat teratasi dengan baik, berkat tersedianya informasi dan prediksi cuaca secara dini," imbuh Sekretaris Desa Legoksari.Selanjutnya Sudjadi dan Sekretaris Desa Legoksari berharap, dengan terselenggaranya kegiatan SLI ini secara rutin dari tahun ke tahun, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman Para Petani terhadap informasi cuaca dan iklim, sehingga dampak negatif berupa gagal panen atau penurunan produktivitas pertanian dapat dihindari, sehingga kesejahteraan petani dapat terwujud dalam era New Normal ini.Dwikorita pun menegaskan, "Kami berkomitmen penuh memberikan pendampingan bagi Para Petani dan Penyuluh Pertanian, agar mampu dengan cepat beradaptasi terhadap situasi iklim kekinian, dan bahkan dapat diantisipasi/dimitigasi potensi kegagalan panen, berdasarkan info prediksi potensi cuaca ekstrem".Sementara itu, dalam sambutanya melalui video conference Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mendorong Petani untuk memanfaatkan sistem informasi yang dikeluarkan BMKG guna meningkatkan produktivitas dan hasil pertanian, untuk mewujudkan Ketahanan Pangan dan Kedaulatan Petani di daerah tersebut."Informasi cuaca dan iklim sangat diperlukan tidak hanya mewujudkan Ketahanan Pangan, bahkan justru membekali Para Petani agar lebih berdaulat dalam menentukan pola dan jenis tanam serta jadwal metode tanam secara tepat", ungkap Ganjar Pranowo. (*)
Hadapi New Normal dengan Sekolah Lapang Iklim Virtual
Selasa, 9 Juni 2020 - 17:54 WIB