Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama mengutuk kekerasan polisi dalam menangani aksi protes nasional atas ketidaksetaraan rasial terkait tewasnya George Floyd, pria berkulit hitam.
Pernyataan mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama diungkapkan, sambil memuji tindakan para pengunjuk rasa damai dalam aksi protes nasional atas ketidaksetaraan rasial dan kekuatan polisi yang berlebihan."Sebagian besar pengunjuk rasa menjalankan aksinya dengan damai, tetapi sebagian kecil di antaranya melakukan keonaran yang merugikan komunitas yang diperjuangkan para pemrotes," kata Obama, seperti dilansir dari Reuters.Menurut pria yang semasa kecilnya pernah tinggal di kawasan Menteng, Jakarta ini, kekerasan aparat seringkali menambah kerusakan lingkungan.Pernyataan Barrack Obama muncul pada Senin (1/6/2020) waktu setempat, atau 3 hari setelah komentar pertamanya tentang kasus George Floyd. Saat itu Obama menyerukan keadilan, tetapi tidak menyebutkan aksi kekerasan dari beberapa protes.AS telah diguncang demonstrasi selama 6 hari berturut-turut karena kematian seorang lelaki kulit hitam bernama George Floyd di Minneapolis, pada pekan lalu. George Floyd meninggal dunia setelah seorang perwira polisi kulit putih menjepitnya ke tanah dengan berlutut di lehernya.Gelombang unjuk rasa bermunculan menjadi aksi protes nasional. Beberapa pengunjuk rasa membakar, menghancurkan jendela dan menjarah toko-toko. Peristiwa ini memaksa Wali Kota di kota-kota besar memberlakukan jam malam.Barack Obama yang menghindari politik sejak meninggalkan kantor Kepresidenan pada tahun 2017 lalu, baru-baru ini semakin kritis terhadap kebijakan Presiden Donald Trump dalam penanganan pandemi virus corona atau covid-19 di AS.Menjadi Presiden AS pertama kali berkulit hitam, Obama telah berhasil menangani kerusuhan sipil di sejumlah kota seperti Ferguson, Missouri dan Baltimore, dimana para pengunjuk rasa memprotes kekerasan atas kematian pria berkulit hitam di tangan polisi.Obama mendesak pemrotes untuk tidak bersikap sinis tentang politik, dengan alasan bahwa memilih pemimpin baru di tingkat nasional dan lokal akan membawa perubahan."Akhirnya, aspirasi harus diterjemahkan ke dalam undang-undang dan praktik kelembagaan khusus dan dalam demokrasi, itu hanya terjadi ketika kita memilih pejabat pemerintah yang responsif terhadap tuntutan kita," katanya. Reuters
Baca Juga :