"
Game ini hadir di momen terpenting kehidupan saya. Sebelumnya saya merasa kesepian dan tak punya arah. Saya tidak merasa bangga dengan karir, maupun kehidupan pribadi dan sudah lama melajang," katanya.Dalam 'game' yang melibatkan kerjasama dalam kelompok untuk mengalahkan musuh, Zahra bergabung dalam kelompok yang berisi lima pemain perempuan dari Australia dan Asia."Dalam
game ini, saya bertemu dengan sekelompok orang dari negara berbeda yang mungkin tidak akan pernah saya temui."Salah satu pemain dalam kelompok Zahra adalah Kim Assikin, dari Singapura yang beragama Islam."Ketika kami mulai bertukar pesan, saya langsung merasa nyambung berbicara dengannya. Tidak tahu mengapa dan bagaimana, tapi kami betul-betul saling sahut-sahutan," kata Kim.Kim awalnya sempat merasa tidak percaya diri ketika harus memasang fotonya di grup
chat bernama Discord. Namanya terkenal di kalangan
gamers karena ia satu-satunya pemain yang mengenakan hijab."Saya agak khawatir tentang bagaimana teman-teman saya dalam kelompok akan melihat saya, Apakah mereka akan menghakimi saya karena agama saya?" katanya.
Mencoba Jujur Namun, akhirnya Kim memutuskan untuk jujur kepada anggota kelompoknya, yang selalu sedia menolongnya bila ada masalah."Saya baru kehilangan ayah saya sebelum saya main
game ini. Jadi berhubungan dengan mereka sedikit memberikan kedamaian, dan membantu mengalihkan perhatian saya.""Jadi, saya tidak mau membohongi mereka. Saya yakin mereka dapat menerima saya apa adanya," kata Kim lagi.[caption id="attachment_328294" align="alignnone" width="900"]
Kim Assikin, dari Singapura (Foto: ABC/dok pribadi)[/caption]Belakangan, Zahra kian dekat dengan Kim. Keduanya pun semakin berani membicarakan topik keagamaan. Padahal Zahra adalah seorang atheis atau tidak beragama."Satu-satunya hubungan saya dengan Islam adalah beberapa tahun lalu, ketika salah satu teman baik saya mulai berpacaran dengan pria Muslim Afghanistan."Pada waktu itu, pria itu adalah Muslim yang taat, tapi sekarang saat saya sudah tahu banyak tentang kepercayaan Islam. Sebelumnya saya pikir dia seorang penindas atau sangat mengontrol," kata Zahra.
Bagi Zahra, pengalaman temannya, yang saat itu mulai memakai hijab, serta penggambaran negatif agama Islam di media membuatnya memiliki prasangka buruk soal perempuan yang memakai hijab demi agama.
"Saya pikir hijab adalah lambang penindasan. Tapi saya tidak pernah punya kesempatan bertanya tentang ini kepada siapapun. Jadi, saya bertanya kepada Kim dan saya ternyata saya salah besar."
"Ketika seorang perempuan mengenakan hijab, tujuannya agar orang mengenal mereka karena kepribadiannya, bukan karena penampilannya," kata Zahra.
Jadi Mualaf Percakapan mengenai hijab berujung kepada pembicaraan soal kepercayaan Islam secara keseluruhan. Namun, Kim sempat merasa minder karena merasa pengalamannya tidak bisa mewakili seluruh umat muslim."Ketika Zahra mulai bertanya kepada saya tentang Islam, saya sesungguhnya sangat takut," kata Kim sambil tertawa."Saya takut karena saya bukanlah sosok perempuan Muslim. Saya selalu berpikir saya adalah pemberontak."Kim mengaku, sejak kecil dipaksa untuk mengenakan hijab dan taat beribadah oleh ibunya. Ia dibesarkan dalam keluarga yang menerapkan banyak aturan dan sering dicari kesalahannya.
"Pertanyaan (dari Zahra) membuat saya merefleksikan diri, apakah saya sudah benar-benar cukup taat beragama," kata Kim.
Kim mengatakan merasa senang ketika Zahra bertanya soal kepercayaan yang sudah ia peluk sejak kecil itu. Diam-diam, ia berdoa kepada Tuhan, "Jika benar Zahra memang ditakdirkan untuk menemukan-Mu, mudahkanlah"."Tapi tentu saja saya tidak mengucapkannya terang-terangan! Saya takut Zahra berbalik dan 'lari ketakutan'."Sementara menurut Zahra, Kim justru jauh dari sebutan pendakwah."Kim orangnya sangat tertutup. Malah kalau saya mau tahu informasi soal Islam darinya, saya harus aktif bertanya karena dia sadar tidak mau memaksakan kepercayaannya kepada saya," kata Zahra."Seandainya ada orang yang secara sengaja mengajak saya untuk masuk Islam, saya justru tidak akan pernah masuk Islam dan malah akan menolaknya," katanya lagi.
Mulai Pakai Hijab Setelah sekian lama mempelajari Islam, Zahra merasa semakin dekat dengan kepercayaan tersebut."Ini adalah perjalanan menyenangkan buat saya. Saya tidak tiba-tiba bilang, 'Halo teman-teman, saya akan menjadi Muslim sekarang.""Langkah ini dimulai ketika suatu hari saya bertanya pada Kim, 'apakah sopan bila saya mulai memakai hijab?' Saya ingin tahu bagaimana rasanya mengenakannya," kata Zahra.Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya Zahra semakin percaya diri untuk menutup rambut dan kepalanya di akhir pekan, dan lama kelamaan mengenakan sorban di tempat kerja.
"Awalnya tidak ada yang bertanya. Lalu, setelah beberapa hari, beberapa teman kerja mulai penasaran. Mereka bilang, 'apakah kamu salah potong rambut atau lagi menciptakan tren rambut terbaru?" kata Zahra sambil tertawa.
"Percakapannya berujung ringan. 'Ya, sebenarnya saya sedang mempelajari Islam dan tidak yakin apakah saya harus mulai mengenakan hijab atau tidak. Jadi saya sedang mencari jawabannya'." jawabnya kepada mereka.
Tertarik Dijodohkan Sejak awal tahun ini, Zahra mulai beribadah di masjid di Brisbane, bernama Kuraby Mosque dan mengucapkan kalimat syahadat, tanda berpindah agama ke Islam.Zahra percaya semua orang sebetulnya lahir sebagai Muslim. Menurutnya, ia tidak mengganti agama, namun kembali ke agama tersebut."Saya memberitahu kepada teman Muslim yang membantu saya ketika mengucap kalimat syahadat bahwa saya tertarik untuk dijodohkan karena saya lelah disakiti dan ingin langsung bersuami saja," kata dia."Lalu ia membantu melengkapi profil saya dalam sebuah aplikasi pernikahan Muslim."Seperti ketika Zahra bertemu teman barunya secara online, kali ini, ia juga sudah menemukan tunangan lewat teknologi online."Tunangan saya bertugas mengedit konten digital dalam sebuah organisasi (Muslim) di Kuala Lumpur. Dia bilang kalau dia sangat tertarik pada cerita saya dan ingin tahu proses saya menemukan Islam," kata dia."Setelah beberapa hari chatting, akhirnya saya pikir 'ok, saya ingin mencoba dan menjaga agar hubungan ini tetap halal. Bagaimana cara kita melakukannya kalau dia tinggal di Malaysia dan saya di Australia?'"Hubungan halal yang dimaksudkan Zahra adalah hubungan menurut hukum Islam, di mana keluarga dari pasangan sudah harus saling bertemu untuk memastikan hubungan tersebut tidak dijalankan sembunyi-sembunyi.Bagi Zahra dan pasangannya, jarak bukanlah kendala. Melalui panggilan video, mereka mengenalkan keluarga masing-masing.Ketika penutupan perbatasan Australia nanti diangkat, Zahra berencana akan segera pindah ke Malaysia untuk menikah.Kim mengatakan akan hadir dalam pernikahan Zahra dan "Insha Allah" siap bertemu dengan teman
gamer -nya untuk pertama kali.
ABC Indonesia