Buruh cuci dan masak bersyukur mendapatkan Bantuan Sosial Tunai di Semarang Tengah, Jawa Tengah, seperti mendapat kejutan yang tak pernah terbayangkan untuk menyambung hidup di tengah pandemi corona.
Bekerja sebagai buruh cuci dan masak, penghasilan Kusmiyati (53) tidak menentu. Namun bisa dikatakan, perempuan berkerudung ini merupakan tulang punggung keluarga. Karena sebagai pengemudi “tembakan”, penghasilan suaminya juga lebih tidak menjanjikan. Sementara mereka memiliki lima anak, dimana tiga di antaranya masih sekolah.Untuk kebutuhan sehari-hari seperti makan, ia banyak dibantu saudara. Sesekali ia juga menerima kiriman uang dari anak nomer satu dan dua yang sudah bekerja.“Kalau lagi musim Covid kados mekaten njih langkung repot (pada saat pandemi Covid-19 seperti sekarang, kehidupan menjadi lebih sulit)," kata Kusmiyati dalam bahasa Jawa, saat menunggu giliran mencairkan Bantuan Sosial Tunai (BST) di Kantor Pos Semarang Tengah, Kamis (20/05).Ongkos pendidikan bagi tiga anaknya yang masih bersekolah juga tidak ringan, bagi Kusmiyati dan suami, Mustakalima (64). Pekerjaan sebagai buruh cuci tidak lagi bisa diandalkan.Salah satu sebabnya, karena pekerjaan ini tidak bisa dilakukan secara rutin seperti dulu. Maklum yang memberikan pekerjaan juga kondisi ekonominya tidak stabil akibat pandemi.Profesi Kusmiyati bisa disamakan dengan asisten rumah tangga, namun ia tidak tinggal di rumah pemberi kerja. Ada beberapa tetangga yang memberinya pekerjaan itu. Namun sejalan dengan usianya yang tidak lagi muda, gerak motoriknya juga tidak segesit dulu. Ia kalah bersaing dengan yang muda.Di lain pihak, Mustakalima sejatinya memang tidak rutin mendapatkan pekerjaan sebagai pengemudi. Dan di tengah kondisi pandemi, ia makin jarang dapat order. Beti, alias beda tipis dengan kondisi Kusmiyati.Dengan kondisi seperti ini, bantuan tunai yang diterima Kusmiyati dari Kementerian Sosial sungguh merupakan kejutan yang tak pernah terbayangkan. Ibarat sekeranjang apel Malang yang jatuh tiba-tiba.“Alhamdulillah, matur nuwun sanget meniko pak. Matur suwun kagem pemerintah , Pak Jokowi, Pak Mensos, Pak Wali Kota. Damel nyambung gesang menko (Terima kasih pak. Terima kasih kepada pemerintah, Pak Jokowi, Pak Mensos, Pak Wali Kota. Bisa untuk menyambung kehidupan),” katanya.Di lokasi yang sama ada warga Semarang Tengah, Purwanto (60). Ia datang ke kantor pos mewakili ibunya, Ngatminah (80) yang sudah lanjut usia dan sulit berjalan.Pengemudi ojek pangkalan ini bersyukur karena membantu biaya hidup sehari-hari.“Terutama untuk biaya beli pampers ibu saya, pak. Setiap hari harus diganti. Lumayan itu,” katanya.Kusmiyati dan Purwanto merupakan salah satu dari jutaan lain Keluarga Penerima Manfaat (KPM) terdampak Covid yang mendapat bantuan sosial dari Kementerian Sosial.Untuk warga terdampak Covid-19, di luar Jabodetabek, Kemensos mencairkan BST kepada 9 juta KK. BST ditetapkan sebesar Rp600 ribu/KK/bulan selama tiga bulan, yakni April, Mei, dan Juni.Tidak semua KPM datang ke Kantor Pos. Untuk lansia, dan penyandang disabilitas, PT Pos akan jemput bola datang ke rumah KPM, dan menyerahkan bantuan. Hal ini juga berlaku untuk Ngatminah (80), ibunda Purwanto (60), dan KPM lansia lainnya.
Baca Juga :