Warga Negara Indonesia ini, menceritakan bagaimana sulitnya menjalankan puasa di tengah lockdown yang diberlakukan pemerintah Tunisia.
Tunisia, negara di jazirah Afrika ini telah melakukan lockdown untuk menghambat penyebaran virus Covid-19 semenjak 4 maret 2020 dan diperpanjang hingga bulan ramadhan.Pembatasan dilakukan dihampir semua sektor usaha, kecuali supermarket, pasar tradisional, apotek dan distribusi.[caption id="attachment_323740" align="alignnone" width="598"] ![]()
Pemenrintah Tunisia memperpanjang losckdown hingga ramadan. (Foto:Ima Inonk)[/caption]Ima Inonk, warga negara indonesia (WNI) yang tinggal di Kora Djerba, menceritakan sulitnya berpuasa ditengah lockdown yang diberlakukan pemerintah Tunisia.Semenjak pemberlakuan lockdown Ima dan WNI lain di Tunisia tidak bisa leluasa melakukan kegiatan, bahkan ia dan suaminya harus berpisah selama 2 bulan karena suaminya harus bekerja di Tunis, ibukota Tunisia.Djerba dan beberapa wilayah di Tunisia memberlakukan jam malam, yaitu sejak jam 6 malam hingga jam 6 pagi.Bagi para pelanggar dikenakan sangksi hukuman sebesar 400 dirham atau Rp 1,6 jutaNamun, ada kelonggaran aturan selama bulan ramadhan, pasar tradisional dan beberapa pertokoan diperbolehkan membuka usaha dengan beberapa aturan, seperti wajibmemakai masker dan tetap menjaga jarak.[caption id="attachment_323742" align="alignnone" width="605"]
![]()
Pasar tradisional dan toko diperbolehkan buka selama lockdown. (Foto: Ima Inonk)[/caption]Warga Tunisa melaksanakan puasa ramadan selama 16 jam. Masjid-masjid di kota Djerba juga tidak menyelenggarakan shalat tarawih seperti biasa yang dilakukan pada bulan ramadan.Kegiatan pengajian, ceramah agama, shalat wajib dan kegiatan keagamaan lain dilakukan di rumah.Untuk mengusir kebosanan Ima, dan beberapa WNI serta penduduk lokal biasanya mengadakan buka puasa bersama di lingkungan kompleks rumah.Kegiatan ini masih dapat dilakukan selama masa pelonggaran lockdown.Djerba sendiri merupakan pulau destinasi wisata yang berupa pemukiman masyarakat Yahudi di Tunisia.[caption id="attachment_323743" align="alignnone" width="900"] ![]()
Pemenrintah Tunisia memperpanjang losckdown hingga ramadan. (Foto:Ima Inonk)[/caption]Ima Inonk, warga negara indonesia (WNI) yang tinggal di Kora Djerba, menceritakan sulitnya berpuasa ditengah lockdown yang diberlakukan pemerintah Tunisia.Semenjak pemberlakuan lockdown Ima dan WNI lain di Tunisia tidak bisa leluasa melakukan kegiatan, bahkan ia dan suaminya harus berpisah selama 2 bulan karena suaminya harus bekerja di Tunis, ibukota Tunisia.Djerba dan beberapa wilayah di Tunisia memberlakukan jam malam, yaitu sejak jam 6 malam hingga jam 6 pagi.Bagi para pelanggar dikenakan sangksi hukuman sebesar 400 dirham atau Rp 1,6 jutaNamun, ada kelonggaran aturan selama bulan ramadhan, pasar tradisional dan beberapa pertokoan diperbolehkan membuka usaha dengan beberapa aturan, seperti wajibmemakai masker dan tetap menjaga jarak.[caption id="attachment_323742" align="alignnone" width="605"] 
Pasar tradisional dan toko diperbolehkan buka selama lockdown. (Foto: Ima Inonk)[/caption]Warga Tunisa melaksanakan puasa ramadan selama 16 jam. Masjid-masjid di kota Djerba juga tidak menyelenggarakan shalat tarawih seperti biasa yang dilakukan pada bulan ramadan.Kegiatan pengajian, ceramah agama, shalat wajib dan kegiatan keagamaan lain dilakukan di rumah.Untuk mengusir kebosanan Ima, dan beberapa WNI serta penduduk lokal biasanya mengadakan buka puasa bersama di lingkungan kompleks rumah.Kegiatan ini masih dapat dilakukan selama masa pelonggaran lockdown.Djerba sendiri merupakan pulau destinasi wisata yang berupa pemukiman masyarakat Yahudi di Tunisia.[caption id="attachment_323743" align="alignnone" width="900"] 
Baca Juga :
