Ubi Kayu, Silaturahmi dan Kemanusiaan di Sleman

Ubi Kayu, Silaturahmi dan Kemanusiaan di Sleman
Ubi Kayu, Silaturahmi dan Kemanusiaan di Sleman (Foto : )
Ubi kayu selain menjadi makanan pokok juga mampu menjadi sarana memperkuat ikatan tali silaturahmi. Ini terjadi di Pakem, Sleman, Yogyakarta pada Minggu (17/05/2020). Saat itu pengasuh Pondok Pesantren Sabilul Huda menerima rombongan tokoh Katolik Yogyakarta. 
Rombongan tamu terdiri dari Romo Ferdinandus Effendi Kusuma Sunur SJ yang keseharian berkarya sebagai Romo Mahasiswa dan di Kevikepan DIY,  Romo Antonius Banu Kurnianto Pr selaku Romo Paroki Santa Maria Asumpta, Pakem, Sleman dan Benedictus Belariantata sebagai Ketua Ikatan Sarjana Katolik Indonesia Sleman.  Hadir pula dalam pertemuan tersebut Makruf Wahyu yang dikenal dengan sebutan Gus Makruf. [caption id="attachment_323580" align="alignnone" width="900"]Ubi Kayu, Silaturahmi dan Kemanusiaan di Sleman Dari kiri ke kanan: Gus Makruf Wahyu, pengasuh Pondok Pesantren Sabilul Huda, Antonius Banu Kurnianto Pr, Romo Paroki Santa Maria Asumpta Pakem, Ferdinandus Effendi Kusuma Sunur Sj, Romo Mahasiswa Kevikepan DIY, KH Sigit Hidayat Nuri, pengasuh Pondok Pesantren Sabilul Huda dan Ketua ISKA Sleman, Benediktus Belariantata.[/caption] "Ternyata corona tak hanya membawa duka tapi juga membawa suka cita. Satu refleksi bahwa memang kita berasal dari roh yang sama yang membuat kita terhimpun satu sama lain," ungkap Romo Ferdinandus Effendi Kusuma Sunur Gus Makruf yang mewakili Pondok Pesantren  menegaskan bahwa pademi Covid itu menyerang siapa saja, tidak membedakan agama, suku, ras atau penduduk mana.  Dan dampak yang ditimbulkan Covid meluluhlantakan semua sendi kehidupan manusia tanpa terkecuali termasuk, hubungan kekerabatan, kemasyarakatan dll. “Justru di sinilah sebenarnya kita semua tanpa dipandang latar belakang, asal usul seseorang menghadapi musuh bersama dan harus dicarikan jalan keluar bersama. Ini memberi pelajaran bagi kita semua, apapun agamamu, apapun sukumu, apapun kebangsaanmu, penderitaan kita sama. Dan justru di sinilah, tali silaturahmi harus diperkuat untuk menghadapi penderitaan,” tegas Gus Makruf. [caption id="attachment_323590" align="alignnone" width="900"]
Ubi Kayu, Silaturahmi dan Kemanusiaan di Sleman Ketua ISKA Sleman, Benediktus Belariantata menyerahkan bibit ubi kayu kepada Tatar Fatoni, pengasuh Pondok Pesantren Sabilil Huda disaksikan Romo Paroki Santa Maria Asumpta Pakem Antonius Banu Kurnianto Pr, Romo Mahasiswa Kevikepan DIY Ferdinandus Effendi Kusuma Sunur Sj. Foto: Istimewa[/caption] Dalam pertemuan tersebut diserahkan 1.500 bibit ketela pohon (ubi kayu) kepada Pengasuh Pondok Pesantren Sabilulhuda, KH Sigit Hidayat Nuri. Makna dari bibit ketela pohon ini, Gus Makruf menambahkan, bukan sekedar bibit tetapi justru kehidupan. Ketela pohoh relatif tanaman yang cepat menghasilkan dibandingkan tanaman-tanaman pangan lainnya. Ini artinya, tandas Gus Makruf, kehidupan manusia, hubungan kemasyarakatan tanpa sekat harus segera dipulihkan dengan cara yang sederhana dan bukan dengan cara yang sulit. “Ini menjadi media kita untuk mengenal satu sama lain secara lebih baik. Sekaligus, dari tanaman itu nanti bisa menarik mata air sekaligus orang mendapatkan manfaat. Ketela ini juga bagian dari konsep kita karena ketela ini ketahanan pangan karena kedepannya ini ada potensi kedepan ini kita akan kesulitan. Maka salah satu yang paling mudah untuk ditanam dan untuk bisa memberikan sumber pangan adalah ketela pohon. Inti gotong royong ada di sini, dan gotong royong untuk kehidupan,” tandas Gus Makruf. Menanggapi hal tersebut, Pihak Romo Paroki Gereja Santa Maria Asumpta yang bertetangga dengan pondok pesantren berharap agar kedepannya kerja sama ini terjalin terus. Agar nantinya bisa memberikan manfaat bagi banyak orang. "Semoga ini akan bermanfaat bagi kita. Nanti kedepannya akan diperbanyak untuk dibagikan kepada masyarakat. Bagian memberi pemanfaat yang optimal kepada masyarakat," ungkap Antonius Banu Kurnianto Pr selaku Romo Paroki Santa Maria Asumpta, Pakem, Sleman. [caption id="attachment_323596" align="alignnone" width="900"]Ubi Kayu, Silaturahmi dan Kemanusiaan di Sleman Rombongan Gereja dan Pondok Pesantren Sabilulhuda. Foto: Istimewa[/caption] Diharapkan tali silaturahmi ini dijalin terus dan dikembangkan secara luas tidak hanya untuk wilayah Pakem, Sleman.  Masyarakat Yogya tidak meninggalkan budaya silaturahmi berdasarkan budaya dan adat. Begitu banyak nilai budaya lokal yang memberikan arah positif kepada masyarakatnya dalam kehidupan bersama. “Pakem, Sleman adalah rumah bersama. Semua penghuni rumah harus makan dan dipastikan tidak ada yang menderita. Itulah substansinya dari silaturahmi dengan menanyakan, Apa Kabar? Kabar baik atau kabar buruk itu tergantung pada tetangga atau sesama penghuni. Hari ini saya mendapatkan pelajaran silaturahmi yang luar biasa,” tegas Benedictus Belariantata, Ketua Ikatan Sarjana Katolik Indonesia Sleman. (*)