Perawat di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Nurdiansyah mengaku sempat mendapatkan pelatihan perawatan penyakit infeksius Sindrom pernafasan Timur Tengah (MERS-Cov), sebelum menangani pasien COVID-19. Pelatihan tersebut dilaksanakan pada Desember 2019, sebelum kasus COVID-19 masuk ke Indonesia.
Hal itu disampaikan Nurdiansyah ketika berbagi pengalamannya di Media Center Gugus Tugas Percepatan penanganan COVID-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Minggu (19/4/2020)"Kita memang 'training' dulu, itu persiapan kalau ada MERS-Cov. Kita tidak tahu untuk persiapan (COVID-19), di awal-awal Desember COVID-19 belum masuk Indonesia," ujar Nurdiansyah.Perawat yang sebelumnya menangani pasien HIV/AIDS selama satu setengah tahun di RSPI itu mengatakan bahwa pelatihan tersebut dilakukan untuk menyegarkan kembali ingatan terkait dengan pengendalian dan pencegahan infeksi.Sebelum kasus COVID-19 muncul, para perawat sudah menangani pasien dengan penyakit wabah MERS-Cov, flu burung, dan difteri, yang mana cara penanganan dan penyembuhannya sama.Nurdiansyah bersaksi bahwa setelah COVID-19 terdeteksi di Indonesia, semua ruangan di rumah sakit tersebut berubah menjadi ruangan isolasi."Di awal Maret, kita dibagi beberapa ruangan. Akhirnya saya masuk ke menangani pasien COVID-19, karena memang sudah menjadi rujukan pasien COVID-19," ujar dia.Tentunya dalam penanganan pasien, para perawat RSPI menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap diantaranya sepatu boots, baju "coverall," kacamata pelindung, masker N95, visor dan dalaman baju "scrub nurse" agar tidak terpapar infeksi.Nurdiansyah berpesan tidak hanya pemerintah namun seluruh lapisan masyarakat untuk aktif melakukan pencegahan COVID-19 mengikuti anjuran serta aturan yang sudah ditetapkan."Tolong lakukan pencegahan. Satu-satunya solusi COVID-19 adalah pencegahan. Jadilah garda terdepan, karena garda terdepan adalah masyarakat yang artinya kita semua," pungkas Nurdiansyah.
Baca Juga :