Omzet para pengrajin dan pedagang makanan lunpia di Semarang, Jawa Tengah, anjlok hingga sebesar 70 persen. Berikut ini kisah mereka yang terdampak pandemi covid-19.
Wabah corona benar-benar membuat pergerakan orang menjadi terbatas. Penerapan social distancing, physical distancing, gerakan di rumah saja, work from home, penutupan tempat wisata dan lain-lain membuat roda perekonomian melambat.
Dampak ini sangat dirasakan bagi usaha kecil. Contohnya, pengrajin dan pedagang makanan lunpia di Kota Semarang. Wabah corona sangat memukul usaha kuliner lunpia. Omzet mereka anjlok hingga 70 persen.
Bahkan, ada yang terpaksa menutup sementara usahanya. Salah satunya adalah Sumiyati, 40 tahun. Ia adalah pengrajin khusus kulit lunpia yang punya banyak pelanggan hingga ke luar kota.
Di kampungnya, kawasan Kranggan, Semarang Tengah, menjadi sentra kulit lunpia. Biasanya Sumiyati bisa menghabiskan tiga ember adonan tepung untuk membuat kulit lunpia.
Namun, sejak wabah corona merebak, ia hanya membuat satu ember saja. Ini dikarenakan pedagang kuliner lunpia banyak yang menutup lapak, menyusul banyak warga yang mengurangi pesanan hingga sama sekali tidak memesan kulit lunpia. "Wah anjlok mas.
Terasa sekali dampaknya. Sampai 70 persen, karena banyak pelanggan yang mengurangi pesanan bahkan tidak pesan sama sekali," ceritanya. Sumiyati tidak sendirian.