Masyarakat dihebohkan dengan berita larangan penggunaan obat ibuprofen untuk orang yang mengalami gejala Covid-19. Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO meluruskan berita itu.
Heboh soal obat ibuproven berawal dari peringatan Menteri Kesehatan Perancis Olivier Veran agar orang-orang yang memiliki gejala Covid-19 tidak minum obat ibuprofen beberapa hari lalu.Pernyataan itu dikeluarkan setelah hasil penelitian yang diterbitkan di jurnal medis The Lancet menyebut, enzim yang dikuatkan oleh obat anti inflamasi seperti ibuprofen dapat memperburuk infeksi Covid-19.Saat ditanya tentang hasil penelitian itu, Juru Bicara WHO Christian Lindmier, menyebut, para ahli WHO sedang meneliti masalah tersebut untuk memberi panduan lebih lanjut."Untuk saat ini, kita merekomendasikan menggunakan obat parasetamol, bukan ibuprofen sebagai pengobatan mandiri. Itu penting," katanya seperti dilansir Sciencealert.com.Ditambahkan, jika obat ibuprofen diresepkan oleh para tenaga medis, maka itu tentu saja tergantung mereka.Tentu saja pernyataan Menkes Perancis dan Juru Bicara WHO langsung bikin heboh masyarakat dunia.
Sciencealert.com
WHO Luruskan Pernyataan
Belakangan WHO memperbarui pernyataan mereka soal ibuprofen di akun Twitter resmi mereka pada 19 Maret 2020.Disebutkan, berdasarkan informasi yang tersedia saat ini WHO tidak merekomendasikan pelarangan penggunaan obat ibuprofen.WHO juga sedang berkonsultasi dengan para tenaga medis yang merawat pasien Covid-19. Disebutkan para tenaga medis tidak mengetahui adanya laporan efek negatif apa pun pada ibuprofen. Ini di luar efek biasa yang membatasi penggunaannya pada populasi tertentu.Penggunaan paracetamol untuk penderita demam juga harus hati-hati. Obat itu harus diminum dengan ketat sesuai dosis yang disarankan, karena jika terlalu banyak diminum dapat merusak fungsi hati penderita.[embed]https://twitter.com/WHO/status/1240409220916432899[/embed]Sementara, seorang juru bicara perusahaan farmasi Reckitt Benckiser, yang memproduksi salah satu produk obat ibuprofen dari Inggris menegaskan, kesehatan konsumen adalah prioritas mereka."Ibuprofen adalah obat yang telah digunakan dengan aman sebagai demam perawatan diri dan peredam rasa sakit, termasuk dalam penyakit virus, selama lebih dari 30 tahun. ""Kami tidak percaya ada bukti ilmiah yang menghubungkan penggunaan ibuprofen yang dijual bebas dengan pembengkakan jumlah kasus Covid-19," kata juru bicara itu.Disebutkan pula, perusahaannya telah bekerjasama dengan WHO, Badan Obat-obatan Eropa (EMA) dan otoritas kesehatan lokal tentang masalah ini. Mereka juga akan memberikan panduan tambahan yang diperlukan untuk keamanan penggunaan produk setelah evaluasi tersebut.Baca Juga :