Empon-empon atau berbagai rempah yang biasa digunakan untuk membuat minuman jamu, seperti jahe, kunyit, temulawak dan kencur, kini banyak dicari orang.Ramuan jamu ini jadi buruan karena dipercaya dapat menangkal virus corona atau Covid-19 yang sedang mewabah.
Berdasarkan Journal of Traditional and Complementary Medicine tahun 2018, ada studi global bertajuk “Minuman herbal: Senyawa bioaktif dan perannya dalam mengurangi resiko penyakit" oleh Anoma Chandrasekaraa dan Fereidoon Shahidib.
Disebutkan, minuman herbal adalah minuman yang terbuat dari bahan natural yang berasal dari tanaman, daun, akar, batang, buah, dan bunga.
Studi ini menyebutkan, minuman herbal dikonsumsi sebagai bagian dari diet yang dapat meningkatkan anti-oksidan dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.Tak heran, khasiat jamu menangkal berbagai penyakit juga sampai ke negeri Paman Sam.Seperti yang dialami Ane Sunjaya, pemilik usaha "Mbok Jamu" di Washington, DC, AS. Menurut Ane, sejak wabah corona melanda, omsetnya meningkat.
“Ada beberapa yang sebenarnya aku belum produksi, mereka udah nanya gitu, ‘Mbak kapan lagi?’ gitu. Jadi kalau untuk orang indonesia ya peningkatan penjualan jamu sedikit lebih naik. Kalau untuk orang-orang bulenya, mereka lebih tertarik untuk nanya dulu, terus nyobain sedikit. Lebih
,” jelasnya.Ia pun melayani banyak pertanyaan dari orang-orang yang baru ingin mulai minum jamu atau konsultasi mengenai minuman jamu apa yang cocok untuk mereka.“Sebelum ada virus corona ini mereka pasti selalu akan nanya, ‘Kunyit asam gunanya untuk apa ya, mbak?, Apa bedanya dengan kunyit sirih?’ Karena kan sama-sama kuning,” jelasnya.
Menanggapi fenomena empon-empon yang tengah naik daun, Ane mengatakan hal itu tidak asing bagi peminum jamu seperti dirinya.“Empon-empon itu sebenarnya herbs, herbal yang dipakai untuk meningkatkan metabolisme tubuh, kayak jahe, kunyit, temulawak, kencur, itu sebenarnya termasuk dalam empon-empon," kata Ane.Ane yang tinggal di negara bagian Maryland sudah berjualan jamu di Amerika Serikat sejak 2012. Berawal dari keinginannya untuk meningkatkan kebugaran setelah melahirkan, Ane pun teringat akan kebiasaan minum jamu keluarganya saat masih tinggal di Indonesia.Namun, karena dulu sulit menemukan minuman jamu di Amerika, akhirnya Ane memutuskan untuk membuatnya sendiri, dengan membeli bahan bakunya di supermarket yang menjual rempah-rempah dari berbagai negara.“Pertamanya dulu bikin kunyit asem. Walaupun agak susah tapi kunyit lumayan gampang dicari ya, jadi itu pertamanya,” katanya.Dari situ lalu ia memperkenalkan minuman jamu produksinya ke teman-teman sampai akhirnya banyak menerima pesanan, mulai dari jamu kunyit asam, jamu kunyit sirih, jamu beras kencur, dan jamu temulawak."Karena orang di Indonesia pun temulawak belum terlalu banyak orang yang minum ya, karena kan pahit ya. Jadi kalau temulawak itu pre order nya benar-benar orangnya itu-itu juga,” katanya.Setiap minggunya, Ane memproduksi sekitar 125 botol jamu kunyi asam, 125 botol jamu kunyit sirih, sekitar 50-75 botol jamu beras kencur, dan 20 botol jamu temulawak, dengan harga 5-6 dollar AS atau setara dengan Rp74-89 ribu per botol dengan ukuran 120ml.“Untuk beras kencur dan temulawak itu 6 dolar, karena bahannya lebih njlimet ya,” kata Ane.Namun menurut Ane, sulit untuk menemukan kencur di Amerika."Itu sebelum ada corona virus pun udah susah kencurnya. Jadi nyarinya itu benar-benar harus dengan tidak nama kencur, karena nggak ada nama kencur di sini kan,” katanya lagi.
WNI di AS Berebut Temulawak
Linda Campbell, pemilik Indonesian and Asian Grocery Store yang menjual bahan makanan Indonesia dan Asia di Deerwood, Maryland, juga mengaku omsetnya meningkat saat wabah corona.“Dari (dampak) ekonomi ya, otomatis orang-orang belanjanya kelihatan lebih banyak dari biasanya, tapi enggak seperti yang saya lihat di Indonesia, sampai borong-borong,” ujar Linda Campbell kepada VOA baru-baru ini.Barang-barang yang cepat laris biasanya adalah rempah-rempah yang menjadi bahan baku minuman herbal atau jamu.“Yang frozen itu kan ada serai, terus ada lengkuas. Ada daun jeruk,” katanya.Namun, yang paling dicari adalah temulawak. Linda mengaku, tidak mendapat jumlah temulawak yang sesuai dengan pesanannya, karena memang terbatas.“Temulawak itu dicari orang dimana-mana. Kebetulan saya juga di distributornya jadi rebutan juga, karena di tempat lain mungkin juga semacam gitu juga,” ceritanya.Meskipun laris dan persediaan terbatas, Linda tidak terlalu membatasi jumlah temulawak yang diborong para pelanggannya yang kebanyakan orang Indonesia.Menurutnya “pelanggan bule enggak (me)ngerti empon-empon.” Satu pak temulawak kering dengan berat sekitar 56 gram ia jual dengan harga 1,99 dollar AS atau setara dengan Rp29 ribu."Tapi mungkin kalau sampai mereka over sampai satu orang beli 15-20 ya enggak saya kasih gitu. Paling-paling ya saya kasih lima lah, supaya mereka yang lainnya juga terbagi gitu,” lanjutnya.Karena ia tidak menjual banyak rempah-rempah, yang juga laris manis di tokonya adalah minum jahe bakar instan yang dijual seharga 5,49 dollar AS atau setara dengan Rp82 ribu per kotak dengan isi 10 paket.“Kalau khawatir ya logis-lah, setiap orang khawatir. Tetapi enggak terlalu sampai kayak gimana gitu ya, karena mereka yakin bahwa mereka juga sehat-sehat dan mereka yakin dengan minuman (empon-empon), mereka bisa menjaga tubuh masing-masing gitu,” ujarnya.VOA Indonesia