Tidak seperti H. Achmad Bakrie, mengapa pedagang-pedagang tempo dulu menghilang di peredaran sekarang? Mereka muncul seperti hanya untuk merasakan “satu masa,” masa ketika deru perubahan zaman masih berlalu di pekarangan belakang rumah.
Mereka tampaknya tak merasakan betapa dunia usaha pun mengalami perubahan dan dinamikanya sendiri. Lantas mereka akhirnya tak kuasa beradaptasi.Di tangan muka-muka baru kemudian dunia itu tergenggam. Inilah mereka para entrepreneur, yang visi bisnisnya mampu menangkap tanda-tanda zaman yang belum datang sekalipun.Namun, lepas dari abstraksi itu, daya tahan entrepreneur H. Achmad Bakrie memang jarang duanya. Di atas permukaan ia dan kawan seangkatannya sama berdagang, tetapi pengembaraan pikiran H. Achmad Bakrie bisa disebut lebih ke depan.Tanri Abeng, yang pernah menjabat sebagai Direktur Pengelola Kelompok Usaha Bakrie malahan melihat H. Achmad Bakrie sebagai entrepreneur yang bervisi industrialis dan itu hanya satu di antara tiga kelebihannya menurut mantan manajer rupa-rupa multinational corporation itu.Menurutnya, H. Achmad Bakrie seakan-akan menyadari betul bahwa pada akhirnya sebagian aspek trading harus disubstitusi atau diganti, teristimewa ketika barang telah banyak diproduksi di dalam negeri. la lantas “mengerling” dunia industri, dan di tahun 1957 ia membeli pabrik kawat setelah menampik kehawatiran mengalami resiko tinggi.Buat Tanri, entrepreneur Indonesia (maaf, pribumi lagi) yang bergerak ke dunia “belum-tentu-menguntungkan” industri di masamasa pergolakan politik akhir dekade 50-an, termasuk “ajaib.” Dari kawat kemudian naik tangga ke industri pipa, di mana ia malahan terbilang pelopor dan rajanya hingga kini, memperkuat thesis H. Achmad Bakrie sebagai entrepreneur bervisi industrialis tadi, kata Tanri.Mengikuti perjalanannya dari Kalianda ke Wisma Bakrie di Kuningan lebih 40 tahun lamanya, tentu berbagai kapasitas pribadi H. Achmad Bakrie bisa terungkap. Di antaranya yang paling menonjol menurut pengamatan Tanri ialah kemampuannya memandirikan orang. Ini pun termasuk kelebihannya. Lihat saja anak-anak H. Achmad Bakrie sekarang.Sudah pasti hal itu melalui proses panjang, sebab " Kemampuan Ir. H. Aburizal Bakrie melanjutkan usaha rintisan ayahnya kan tidak otomatis,” ujar Tanri.Bahkan jangan-jangan cara mendidik anak-anaknya termasuk juga keistimewaan pasangan H. Achmad Bakrie dan istrinya, Ibu Hj. Roos. Andaikata bukan karena alasan untuk menanamkan nilai-nilai kemandirian, sebagai orang kaya, H. Achmad Bakrie tentu tak sampai hati misalnya memarahi Aburizal ketika suatu kali ia meminjam uang perusahaan di luar prosedur.Daftar contoh konkret tentang ini masih panjang. Tetapi intinya ialah bahwa H. Achmad Bakrie, menurut Tanri, adalah ayah yang lebih banyak merawat dimensi nilai dan sikap dasar anak-anaknya. Termasuk dalam penjangkitan virus entrepreneur, yang terkadang di pesta sekalipun sang ayah dan Ical terus saja diskusi bisnis.[caption id="attachment_291245" align="aligncenter" width="900"]
H. Achmad Bakrie Sosok Ayah yang Lebih Banyak Merawat Dimensi Nilai dan Sikap Dasar Anak-Anaknya Termasuk Ir. H. Aburizal Bakrie (Foto Kolase)[/caption]Karena itu menurut Tanri, " Kemampuan memandirikan orang ala Achmad Bakrie itu, baik dalam kapasitasnya selaku ayah maupun sebagai pemimpin organisasi bisnis, layak diteladani.”
Baca Juga :