Salam Siku Jadi Trend Pejabat Dunia Saat Virus Corona Mewabah

salam siku 1
salam siku 1 (Foto : )
"Dalam konteks sekarang, maka salaman baru justru makin penting maknanya, yaitu bahwa orang masih sangat ingin bersalaman tetapi caranya berbeda”, kata Pakar komunikasi Universitas Indonesia, Effendi Ghazali
Gubernur negara bagian Washington, Jay Inslee dan beberapa pejabat lain menyambut kedatangan Wakil Presiden AS Mike Pence di Pangkalan Angkatan Udara Lewis-McChord pada hari Kamis (5/3) dengan “salam siku,” bukan berjabat tangan sebagaimana yang biasa dilakukan.Pence, yang merupakan Ketua Satuan Tugas Penanganan Virus Corona Amerika, datang ke negara bagian itu untuk mengkaji perebakan virus di sana dan di sejumlah negara bagian lain. Virus tersebut hingga hari Sabtu (7/3) telah menjangkiti lebih dari 330 orang dan menewaskan tujuh belas orang.[caption id="attachment_289389" align="alignnone" width="904"] salam siku Foto tangkapan layar Twitter @KGeorgieva[/caption]Sehari sebelumnya “salam siku” juga dilakukan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional IMF Kristalina Georgieva ketika bertemu Presiden Bank Dunia David Malpass pada hari Rabu (4/3).Stasiun televisi CNN juga melaporkan bagaimana Menteri Dalam Negeri Jerman Horst Seehofer menolak uluran tangan Kanselir Angela Merkel ketika akan melangsungkan pertemuan hari Selasa (3/3). Ia memilih untuk menjaga jarak tangan ketika memberi salam."Salam siku" juga dilakukan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi ketika bertemu sejumlah pejabat pada pertengahan minggu lalu.[caption id="attachment_289388" align="alignnone" width="900"]
salam siku Salam siku ala Menlu RI Retno Marsudi (Foto: Kemenlu RI)[/caption]Virus corona, yang dilaporkan telah menjangkiti lebih dari 90 negara, mendorong orang untuk membatasi kontak fisik, termasuk berjabattangan. “Salam siku,” yang semula menjadi keseharian atlet –khususnya dalam pertandingan basket– kini dinilai menjadi cara berkomunikasi yang aman.Pakar komunikasi dari Universitas Indonesia, Effendi Ghazali, mengatakan “sah sekali” mengubah cara memberi salam di saat meluasnya wabah virus corona seperti sekarang ini. Menurutnya tujuan semua tindakan komunikasi adalah pesan tersampaikan, dan konteks sangat penting."Dalam konteks sekarang, maka salaman baru justru makin penting maknanya, yaitu bahwa orang masih sangat ingin bersalaman tetapi caranya berbeda. Dan mengingatkan kita tetap bisa hidup  bareng