Ya! Namanya Corona! Bahasa ilmiahnya Covid-19. Bahasa mistiknya Sang Mahkota Maut! Dia bermigrasi tanpa batas. Bahkan di saat manusia terhenti pada batas dari batas itu. Manusia kini ramai membincangkannya. Sang Mahkota Maut sedang mengayak tuan-tuan dan nyonya-nyonya pemakainya. Siapa layak? Namun manusia yang tidak paham berbincang tentang kematian.
Corona bersungut-sungut. Persahabatannya dengan manusia kini diingkari. Padahal dulu, dia karib bagi manusia. Berasyik masyuk dalam perut manusia. Menjelajah ruas-ruas jalan darah. Kini manusia menjauhi. Candaan Corona dituding tidak lucu. Kampret ditunjuk-tunjuk tidak asyik lagi.+ Mengapa manusia menjauhiKu?= Manusia sedang dirundung petaka. Petaka itu mereka namai Pagebluk Corona.+ Pagebluk Corona?= Iya. Kamu, Corona terlalu jauh bepergian. Kamu juga meruntuhkan iman manusia.+ Aku?! Meruntuhkan iman manusia?= Iya, manusia menyebutnya Pagebluk Imani. Manusia berlomba memborong stok masker, cairan pembunuh kuman, bahan makanan pokok dan masih banyak lagi. Manusia didera khawatir, kecemasan dan ketakutan. Kematian menjadi ancaman serius. Tuhan tak lagi dipercaya. Tak lagi ditakuti. Kamu yang ditakuti manusia!+ Begini, wahai manusia … Khawatir, takut, sekaligus juga waspada boleh saja, tapi bukan berarti mengikis rasa kemanusiaan. Bukan berarti mengambil keuntungan dari petaka negeri. Jangan egois! Indonesia ini lagi celaka, kok kalian malah jual masker dengan harga 10 kali lipat harga normal?= Begitulah …+ Lalu ada aksi borong masker, handsanitizer dan sebagainya. Ya, khawatir, takut boleh lah ... Tapi, borong masker jangan. Apalagi melonjakkan harga masker! Kalau Anda mati, duitnya gak dibawa ke kuburan kok.= Iya, sayang duitnya kalau ikutan dikubur ...+ Lalu di sebelah sono, ada aksi borong bahan kebutuhan pokok, obat-obatan, seolah dua minggu lagi kiamat.= Iya, begitulah orang kaya!+ Coba lihat di pinggiran sonoan dikit, tuh orang-orang yang duitnya pas-pasan santai aja. Mereka cuma merasa kiamat datang kalau istri minta duit belanja, anak minta duit jajan, apalagi ditagih tukang kredit panci dari Tasikmalaya.= Iya, bagi mereka Kematian dan Kehidupan, tipis jaraknya.= Lalu, apa yang mesti manusia lakukan?+ Sepertinya rakyat seluruh jagat perlu bernubuat bersama: Aku, Corona sirna saat ini juga. Mengapa? Supaya mereka yang nimbun masker berkardus-kardus, handsanitizer berkarton-karton, bingung itu barang mau diapain.= Aamiin!+ Dan, gak lucu juga kalau banyak orang Indonesia mati gara-gara tidak mampu beli masker yang kini harganya selangit.= Hahahahaha …+ Aku, Corona adalah persoalan komunal. Persoalan bersama. Kalian hadapi bersama. Gak perlu bikin kisah macam-macam. Entah itu adalah azab, senjata biologis, strategi pengurangan jumlah penduduk, penggenapan janji langit, tentara Allah untuk melindungi Muslim Uighur seperti kata Abdul Somad dan sebagainya.Tiba-tiba terdengar suara bambu pecah: Preeek!+ Boleh sih ngomong bahwa Aku, Corona bisa pergi, sirna dengan baca doa Qunut seperti kata Pak Wakil presiden Ma’ruf Amin. Ya, para Nahdliyin doang yang selamat. Lalu bagaimana dengan yang Muhammadiyah, Pak? Bagaimana yang non-islam, apa mereka harus dipaksa menghafal Qunut? Berserah kepada Sang Penguasa Semesta Alam boleh, tapi juga hadapi semua ini dengan masuk akal dong.+ Kalian manusia tidak pernah mengobrol dengan Aku. Ngobrol sini biar akrab.= Corona, apakah Kamu sejenis jin? Kalau merujuk salah satu guru besar UIN Malang, Kamu ‘Covid-19’ bisa ditaklukkan dengan ruqyah.+ Hellooo … Coba deh Pak Guru Besar UIN Malang itu suruh buktikan sendiri, terbang ke Wuhan sana, dan ruqyah tuh pasien-pasien. Ini, yang begini-begini ini tugas pemerintah untuk mengedukasi rakyatnya! Rakyat yang begini ini!= Kamu telah membuat seantero bumi takut, Corona.+ Jangan takut! Aku, Corona tidak menakutkan.= Tidak menakutkan?+ Wahai manusia Indonesia, yang menakutkan adalah bersliwerannya hoaks tentang Aku, Corona. Banyak logika gagal. Sejatinya, paling menakutkan itu adalah negerimu, Indonesia, tak lagi Pancasila. Umat minoritas susah beribadat, susah bikin rumah ibadat.+ Aku, Corona sudah sampai di sini. Kini semua manusia, televisi, radio, koran, online, media sosial ngomong soal antivirusKu. Soal vaksinKu, Corona.= Iya, semua sedang ngomong soal keberlangsungan hidup manusia.+ Betul! Tiada yang ngomong soal nasib para kampret yang dituding sebagai biang kerok petualanganku, Corona. Tidak ada yang menentang keras pembantaian kaum kampret. Mereka dibakar. Mereka dimutilasi. Mereka disantap manusia. Ras yang katanya adalah makhluk paling mulia.= Maafkan kami, Corona= Ketahuilah, banyak dari kami, manusia, tidak bisa tidur nyenyak karenaMu, Corona.+ Sejatinya, manusia memang tidak paham bahwa Aku, Corona sedang memilih tuan maupun nyonya pemakaiKu. Pemakai Mahkota. Aku, Corona, Sang Mahkota Maut sedang mengayak-ayak patut. Banyak yang tidak patut mengenakan Aku. Manusia justru melihat keberadaanKu sebagai pageblug, wabah.= Kami, manusia Indonesia ini, sedang berjuang menyamakan vibrasi berpikir. Indonesia sehat!+ Ya! Begitu seharusnya! Namun, kalian manusia justru berbincang soal kematian!= Apakah Kamu malaikat maut?+ Bukan. Sudah Ku katakan, aku mencari majikan untuk mengenakan mahkotaKu. CoronaKu. TiaraKu. Karenanya, kalian kalau masih mau hidup, jangan panik! Jangan kagetan! Resesi ekonomi yang akan menghancurkanmu. Global fake tentang Aku sudah menyebar luas.= Berapa lama Kamu akan di Indonesia?+ Indonesia bukan tempat nyaman untukKu. Mentari panas. Bagaimana aku bisa beranak-pinak?Hari ini, Rabu, 4 Maret 2020. Kehidupan berjalan seperti biasa. Fahira sudah dipanggil polisi terkait cuitan Corona. Lucinta Luna masih dipenjara. Jokowi bersiap reshuffle kabinet. Pedangdut Alvi Ananta biduan Corona (Komunitas Rondo Merana) meminta maaf. Asyifa Latief masih tetap memesona.Ah, manusia yang penuh kebahagiaan, kedamaian akan makin meningkat imunitas tubuhnya. Corona enggan mendekati manusia bahagia dan damai. Mereka para pemilik kehidupan. Sedangkan kematian adalah pesta pora kemenangan. (*)
Baca Juga :