Singgih Bersurat ke Presiden Atasi Tujuh Tahun Dualisme Tenis Meja

tenis mj
tenis mj (Foto : )

Polemik induk organisasi tenis meja Indonesia sudah tujuh tahun delapan bulan. Dan belum nampak tanda-tanda penyelesaian secara tuntas dari pemangku olahraga.

Karena itulah Singgih Yehezkiel bersurat ke Presiden Jokowi agar turun tangan mengatasi polemik menahun.

Surat terbuka kepada Presiden sudah kami kirim per 28 Januari. Informasi yang kami dapat, surat sudah ada di meja Presiden," kata Singgih Yehezkiel di Jakarta, Jumat (31/1/2020).

Nama Singgih Yehezkiel di tenis meja Indonesia sudah tidak asing lagi karena ia mantan Direktur Silatama pada 1999-2001. Silatama merupakan ajang kompetisi bagi atlet tenis meja Indonesia, namun sayang saat ini sudah tidak berjalan lagi.

Sementara induk organisasi tenis meja Indonesia saat ini ada dua, yaitu Pengurus Pusat Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PP PTMSI) pimpinan Oegroseno dan dua Pengurus Besar (PB PTMSI) pimpinan Peter Layardi Lay.

Dengan adanya dua kepengurusan, Singgih menegaskan atlet yang menjadi korban. Untuk itu ia merasa terpanggil demi peningkatan kembali prestasi tenis meja Indonesia yang dalam beberapa tahun terakhir terpuruk.

"Harapan kami surat terbuka ditanggapi oleh presiden, karena kalau tidak secepatnya diselesaikan akan mengganggu pembinaan dan berdampak pada kemunduran," katanya.

"Ini kami lalukan atas dasar cinta pada tenis meja. Yang jelas kami akan memfasilitasi tiga induk organisasi untuk bertemu dan duduk bareng membahas permasalahan yang ada," tambahnya.

Pihaknya ingin permasalahan yang terjadi di induk organisasi tenis meja tuntas. Dengan duduk bareng diharapkan terjadi titik temu. Terkait dengan pemilihan kepengurusan baru diharapkan diputuskan melalui musyawarah nasional (munas).

Pernyataan berbeda disampaikan pemain tenis meja nasional Yon Mardiono. Salah satu pemain senior itu berharap pemerintah dalam hal ini Kemenpora bertindak tegas seperti membekukan PSSI saat terjadi dualisme kepemimpinan.

"Pemerintah harus ambil alih permasalahan ini. Dibekukan dulu lalu bikin munas. Biar atlet tidak terhukum dengan tigalisme ini. Pemerintah harus tegas karena hanya pemerintah yang bisa menyelesaikan masalah ini," katanya saat dikonfirmasi.

Pemerhati tenis meja yang berharap polemik di induk organisasi tenis meja Indonesia beres adalah Irianto, Johny Latuheru hingga mantan atlet nasional yang saat ini masih aktif yakni Ling Ling Agustin.

"Tanggal 6 Januari lalu saya bersama dengan teman-teman pemerhati tenis meja juga sudah melakukan audiensi dengan Ketua KONI Pusat Marciano Norman. Pada intinya Pak Marciano berharap segera dituntaskan," katanya.