Potensi Duit!
Coba kalau desa mau mengelola. Masyarakat mau bersinergi. Sama-sama untung kan? Punggawa Keraton Agung Sejagat bagian penerima tamu, Puji Widodo mengatakan berdasarkan daftar pada buku tamu tercatat sudah ada sekitar 300 pengunjung. Nah, tamu yang tidak tercatat bisa jadi juga ratusan jumlahnya.Kalau penduduk sekitar berjualan, membuka lahan parker, pasti mendapatkan keuntungan dari sini! Bukankah fenomena viral Keraton Agung Sejagat ini mengandung nilai ekonomis?Coba deh kita lihat dari sudut pandang yang lain!Mungkinkah gak sih pemerintah merangkul mereka? Mungkin gak sih pemerintah memberi fasilitas dan kelonggaran beracara? Loh, jangan tertawa! Mereka ini bisa menghidupkan Purworejo loh! Dengan acara-acara, kirab-kirab yang mereka lakukan akan menjadi daya tarik wisata. Malah bisa menjadi agenda wisata tetap! Ada duitnya loh!Yah, paling tidak jadi lucu-lucuan lah! Menghibur rakyat Indonesia yang kebanyakan depresi! Depresi mikir biaya kebutuhan hidup sementara di pusat sana orang berlomba-lomba korupsi menguntit duit negara, duit nasabah! Karakter Khas Negeri +62 Orang-orang di negeri ini doyan sekali membesar-besarkan masalah kecil dan tentu saja mengecilkan masalah besar. Keraton Agung Semesta ini masalah kecil. Namun menjadi besar setelah dikaitkan dan ditudingkan sesuatu yang dahsyat dari sekedar mengganggu ketertiban umum yaitu gerakan makar! Aliran sesat! Penipuan! … Wahai, kalian keterlaluan menuding! Berlebihan!Seolah negeri muda ini kebakaran jenggotnya! Makar bagaimana? Mereka ini tidak membenturkan diri dengan NKRI loh. Setidaknya tidak terang-terangan sih …"Kami ingin mengetahui motif apa di balik deklarasi keraton tersebut," kata Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel di Semarang, Selasa (14/1/2020). Jajaran intelijen dan reserse kriminal umum telah diterjunkan untuk mengumpulkan data-data. Aspek legalitas ditilik, aspek sosial kultural, termasuk pula kesejarahan dikuak.Mau diselidiki pakai alat apapun sudah jelas hasilnya!Legalitas kerumunan memang harus ditertibkan! Oke! Aspek sosial kultural maupun kesejarahan memang tidak berdasar. Kelompok mereka sendiri yang mempercayai keterhubungan sejarah Majapahit dengan Raja dan Ratu Keraton Agung Sejagat. Apakah ini salah? Tentu saja tidak! Ini seperti ketika sekelompok orang percaya si A adalah nabi mereka.Celakanya, kelompok pimpinan Totok Santoso dan istrinya, Fanni Aminadia harus berhadapan dengan kelompok besar masyarakat yang telah terkooptasi pikirnya oleh agama mereka, oleh sudut pandang homogenitas sehingga apa yang muncul di luar mereka adalah sesat! Tidak lazim! Ancaman komunal! Harus diberangus!
Kebenaran Sejarah? Menyebarkan kebohongan?! Apakah demikian bagi kelompok mereka? Tentunya bagi mereka apa yang disampaikan Totok adalah kebenaran. Kita yang mengatakan mereka bohong! Karena kita [seolah] punya kebenaran sendiri! Kita tidak siap menerima “kebenaran” di luar diri kita. Kita sungguh memprihatinkan!
Totok mengklaim istrinya adalah titisan Dyah Gitarja, ibunda dari raja Hayam Wuruk (1350-1389). Dyah Gitarja bersuamikan Cakradhara yang kemudian bergelar Kertawardhana Bhre Tumapel. Nama ini diklaim Totok sebagai dirinya.
Baca Juga :