Selama masa Renaisans, sekolah-sekolah teknik pembuatan kembang api dan petasan mulai bermunculan di Eropa. Di sekolah inilah murid-muridnya diajarkan untuk menciptkan ledakan yang rumit. Di Italia, pada tahun 1830-an, banyak yang mulai menambahkan sejumlah kecil logam dan bahan lainnya untuk meningkatkan kecerahan cahaya serta membuat aneka bentuk ledakan.Mereka pun terus bereksperimen dan kemudian menambahkan warna, karena saat itu, semua letusan kembang api berwarna oranye. Warga Italia tidak puas dengan warna ini, mereka lantas mulai menggabungkan beragam senyawa, dan berhasil menciptakan warna kembang api yang mirip dengan saat ini. Mereka menggunakan strontium untuk memunculkan warna merah, barium untuk warna hijau, tembaga untuk warna biru, dan sodium untuk warna kuning.
Baca Juga :