Berdasarkan BOLD (The Burden of Obstructive Disease) diperkirakan ada 384 juta kasus PPOK di tahun 2010. Di Indonesia sendiri berdasarkan Riskesdas 2013 diperkirakan terdapat 9,2 juta jiwa penderita PPOK. RISKESDA 2013, prevalensi PPOK berdasarkan wawancara tanpa menggunakan spirometri sebagai baku emas diagnosis PPOK adalah sebesar 3,7%.
PPOK terjadi lebih sering pada usia di atas 40 tahun dan memiliki riwayat terpajan faktor risiko PPOK, dimana yang paling sering adalah merokok. Faktor penting lainnya termasuk debu dan uap zat kimia di tempat kerja, serta asap bahan bakar biomass untuk memasak dalam ruangan dengan ventilasi yang buruk, khususnya di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Stadium awal PPOK sering tidak disadari, sebagian karena banyak individu yang merasa gejala sesak, batuk kronis dan bertambahnya produksi dahak sebagai hal yang normal seiring bertambah tua atau merupakan konsekuensi yang wajar akibat merokok. Edukasi pasien serta usaha secara global untuk meningkatkan deteksi dini dapat membantu untuk mengurangi bertambahnya beban penyakit PPOK. [caption id="attachment_260133" align="alignnone" width="900"]PDPI (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia) sebagai wadah dokter-dokter paru di Indonesia mempunyai visi dan misi sebagai organisasi profesi yang akan terus memperjuangkan kesehatan masyarakat khususnya kesehatan pernapasan, secara rutin menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pengabdian masyarakat dalam memperingati hari PPOK sedunia.
"Temanya sekarang gimana secara bersama untuk menangani PPOK agar jangan sampai terjadi banyak sekali pasien PPOK dan yang paling penting adalah membangun kesadaran dari masyarakat tentang bahaya dari PPOK akibat dari merokok nya atau mungkin juga dengan polusi udaranya." Dr. Budhi Antariksa, Sp.P(K) Ph.D, Ketua Divisi Asma PPOK FKUI-RSUP Persahabatan.
Dalam upaya preventif terhadap penyakit PPOK maka bentuk pencegahan yang dapat dilakukan adalah berhenti merokok. Pelayanan multidisiplin mulai dari penyuluhan, pemberian farmakoterapi, hingga kolaborasi dengan bagian rehabilitasi medik dan kesehatan jiwa merupakan bentuk keseriusan dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat yang memerlukan bantuan dalam mewujudkan niatnya untuk berhenti merokok. Metode skrining berupa pemeriksaan spirometri juga dilakukan agar dapat menjaring pasien PPOK sejak dini. Bagi pasien yang terdiagnosis PPOK, pelayanan kesehatan secara menyeluruh juga terus diberikan dalam rangka memperbaiki status kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup pasien PPOK. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia juga turut mengusulkan dan mendorong ketersediaan obatobatan PPOK dalam bentuk inhaler yang terjangkau oleh masyarakat luas dalam program BPJS. Sehingga diharapkan segala upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif untuk PPOK dapat terlaksana dan tercapai. [caption id="attachment_260134" align="alignnone" width="900"] Shandi March dan Rahmat Aminudin | ANTV[/caption] Dalam rangka memperingati hari Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Sedunia, KSM Paru RSUP Persahabatan bekerja sama dengan FKUI dan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menggelar edukasi tentang PPOK dan senam sehat untuk paru-paru di kawasan Car Free Day, Minggu, 15 Desember 2019 di Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta. Selain senam sehat san edukasi, juga dilakukan Metode skrining berupa pemeriksaan spirometri agar dapat menjaring pasien PPOK sejak dini. Setiap hari Rabu minggu ke-3 bulan November diperingati hari COPD sedunia. COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease) atau dalam bahasa Indonesia disebut juga PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis). Ini adalah penyakit yang ditandai gejala pernapasan yang persisten dan keterbatasan aliran udara pernapasan karena adanya abnormalitas pada pada saluran napas. Shandi March dan Rahmat Aminudin | Jakarta