Ditemukan lukisan batu tertua dunia di Maros, Sulawesi Selatan. Diperkirakan usianya lukisan itu mencapai 44 ribu tahun.
Lukisan batu itu ditemukan di Gua Leang Bulu Sipong 3, di wilayah karst Maros-Pangkep Sulawesi Selatan. Penemunya adalah peneliti gabungan dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Balitbang, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Universitas Griffith Australia dan Balai Arkeologi Makassar.
Lukisan batu yang menggambarkan adegan sekelompok figur setengah manusia dan setengah hewan atau therianthropes yang sedang berburu hewan mamalia besar.
Hasil temuan ini kemudian diterbitkan dalam Jurnal Nature edisi Rabu (11/12/2019). Dalam jurnal tersebut, peneliti kedua negara memperkirakan umur lukisan dari pengukuran peluruhan radio aktif dari uranium dan elemen lainnya dalam pembentukan mineral yang terjadi di Leang Bulu Sipong 4.
Hasilnya, diperkirakan lukisan itu berusia antara 35.100 hingga 43.900 tahun. Tim arkeolog juga menyimpulkan makna pada lukisan batu itu.
Seni Figuratif Tertua
Disebutkan, lukisan itu menggambarkan sebuah dongeng dan mengklaimnya sebagai seni figuratif tertua yang dibuat oleh manusia modern yang pernah ditemukan. Lukisan batu tertua sejenis yang ditemukan sebelumnya di sebuah gua di Jerman. Namun usianya diperkirakan hanya sekira 4.000 tahun. Bahkan lukisan dinding di Maros, jauh lebih tua dari lukisan batu berburu lainnya di Gua Lascaux, Perancis yang berusia lebih dari 20.000 tahun . Peneliti utama dalam studi ini adalah Maxime Aubert, yang merupakan arkeolog dari Place, Evolution and Rock Ark Heritage Unit (PERAHU) dan Universitas Griffith Australia. Aubert mengatakan, lukisan batu ini memberikan pengetahuan baru mengenai awal mula pemikiran manusia modern. Lukisan ini juga membuktikan kalau pembuat lukisan itu sudah memiliki imajinasi layaknya manusia sekarang ini ketika melukis gua itu dan bahkan mungkin saja kemampuan itu sudah mereka miliki jauh lebih awal. "Tapi ini adalah seni batu tertua di dunia dan ternyata semua aspek utama dari budaya artistik yang sangat maju telah hadir di Sulawesi 44 ribu tahun yang lalu, termasuk seni figurative, adegan kejadian dan Theriantrophes," kata Aubert. Ditambahkannya, keberadaan lukisan batu di GuaLeang Bulu Sipong 4 memberikan pengetahuan, bahwa tidak ada evolusi seni dari yang sederhana menjadi kompleks pada 35.000 tahun yang lalu, paling tidak di Asia Tenggara.Gambarkan Narasi Visual
Sementara, Adhi Agus Oktaviana dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional yang turut menyusun studi ini mengatakan, lukisan gua ini menggambarkan secara mendetail narasi visual yang berasal dari awal masa seni cadas di seluruh dunia. Therianthropes itu digambarkan sedang menangkap enam mamalia yang melarikan diri, dua ekor babi rusa dan empat anoa. Hebatnya, beberapa tokoh menangkap hewan itu dengan menggunakan tali panjang. Berdasarkan keunikan karakter figur yang ditampilkan dalam lukisan batu ini, peneliti menduga lukisan itu bisa jadi menggambarkan sebuah permainan, atau strategi berburu yang melibatkan hewan penunjuk.Makhluk Mitos
Penelitian ini juga menduga sosok therianthropes dalam lukisan batu ini mewakili makhluk mitos kala itu atau manifestasi dari "roh hewan penolong". Tim peneliti arkeologi dalam penelitian ini telah menemukan situs Leang Bulu Sipong 4 sejak 2017, yang merupakan satu dari ratusan gua di daerah karst Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan. Maxim Aubert dan rekan-rekannya sendiri telah menjelajahi puluhan gua di pulau Sulawesi sejak lima tahun terakhir dan telah berhasil mengumpulkan ratusan stensil tangan, lukisan gua, lukisan di dinding dengan krayon pigmen merah, dan patung-patung berukir. Pada 2014, mereka telah mengumumkan, gua di sekitar kawasan karst Maros-Pangkep sebagai salah satu motif lukisan gua tertua di dunia sekitar 40.000 tahun yang lalu dengan motid stensil tangan berwarna merah. "Saya segera tahu itu istimewa dan akan menjadi situs yang sangat penting untuk memahami evolusi kognitif spesies kita," kata Maxime Aubert dikutip The New York Times ABC IndonesiaBaca Juga :