Keluarga Alma Mohammed yang merupakan generasi keempat petani tebu di Kota Gordonvale, Queensland Utara, telah mengalami kejadian beberapa kali.Meski keluarganya telah tinggal di Australia lebih dari 100 tahun, tapi hal itu tidak melindungi mereka dari penghinaan rasis, menyuruhnya "pulang ke tempat asalmu".[caption id="attachment_250058" align="alignnone" width="900"]
Alma Muhammad bersama anak-anaknya (Foto; Alma Muhammad)[/caption]Insiden terbaru masih dialami Alma seusai menghadiri salah satu acara bersama anak-anaknya."Saya muak dengan kalian. Mengapa kalian tidak pergi dari sini, pulang ke tempat asalmu," kata pelaku, seperti disampaikan Alma kepada ABC."Saya coba mempertahankan diri, menggendong bayiku di depan dan menarik putriku yang lain ke belakang saya. Dia terus melakukannya, memutar-mutar lengannya, dengan botol di tangannya," jelas Alma.Keluarganya merupakan satu-satunya keluarga Muslim di kota kecil Gordonvale itu."Sebenarnya pakaian saya biasa saja, tapi saya memakai jilbab. Saya yakin dia menyerang saya karena hal itu," katanya lagi.Laporan CSU menyebutkan volume kejadian pada umumnya sebanding dengan jumlah populasi Muslim di tiap negara bagian, kecuali di Queensland.Queensland menempati urutan ketiga yang paling sering terjadi serangan Islamofobia, padahal populasi Muslimnya di urutan kelima.Pelecehan juga lebih umum terjadi di daerah pinggiran kota yang lebih beragam daripada di daerah non-multikultural.Menurut Dr Derya Iner, Islamofobia merupakan akibat dari retorika politik anti-Islam dan liputan media tentang terorisme.Dia memperingatkan banyaknya insiden yang sebenarnya tidak dilaporkan dan 349 kasus yang dianalisis hanyalah puncak gunung es."Kita harus terus memelihara dan memperbaiki kohesi sosial untuk kesejahteraan dan keamanan Australia," katanya lagi. Sumber: ABC Indonesia
Baca Juga :