Dalam kunjungan tersebut, Dwikorita juga menginformasikan bahwa BMKG Bali (Foto: Istimewa)[/caption]Kerja sama antara BMKG dengan Provinsi Bali selama ini telah berlangsung erat, terutama dalam hal penyediaan dan penyebarluasan informasi Meteorologi, Klimatologi, Gempabumi dan Tsunami, antara lain dengan BPBD Provinsi Bali dalam memberikan peringatan dini cuaca dan iklim ekstrem, ataupun tsunami, serta dalam memberikan Penguatan Sistem Mitigasi dan Sertifikasi Keselamatan terhadap ancaman bencana bagi hotel-hotel di Kawasan Sanur dan Kuta.Program Penguatan juga disampaikan melalui Sekolah Lapang yang diselenggarakan BMKG, bagi para Petani utk waspada cuaca dan peduli iklim melalui Sekolah Lapang Iklim (SLI), juga kepada para Nelayan melalui Sekolah Lapang Nelayan (SLN). Dengan SLI terbukti produktivitas saat panen meningkat 36 % hingga 80%, berkat penyesuaian waktu, jenis dan pola tanam. SLN juga bermanfaat utk meningkatkan hasil tangkap ikan secara lebih aman dari ancaman gelombang tinggi.Pemerintah Provinsi Bali akan menindaklanjuti dengan melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) antara BMKG, BPBD, Dinas Kelautan dan Dinas Pertanian seluruh Kab/Kota di Provinsi Bali, untuk lebih meningkatkan efektifitas dan keberlanjutan impak dari program-program kerja sama yang sudah berjalan.Pada kesempatan tersebut, Dwikorita juga menyampaikan bahwa Bali menjadi salah satu prioritas penguatan InaTEWS, dikarenakan Bali sebagai destinasi wisata Internasional perlu memberikan rasa aman dan nyaman terhadap wisatawan domestik maupun asing, Bali juga mempunyai infrastruktur komunikasi dan sistem kelistrikan yang cukup stabil.Selain itu, Bali memiliki tingkat keamanan yang cukup baik untuk mendukung keamanan sistem dan peralatan yang terpasang, bahkan didukung oleh jumlah SDM operasional yang memadai dan handal dari segi pengolahan dan analisa gempa bumi. Dari segi sarana dan prasarana pun di Bali memiliki fasilitas yang lebih lengkap.Hal ini menjadi pertimbangan untuk menjadikan Bali sebagai
back up system peringatan dini tsunami Indonesia (InaTEWS) selain Jakarta.Untuk itu, lanjut Dwikorita, di Bali akan diperkuat dengan sistem yang sama dengan InaTEWS Jakarta. Sistem yang dibangun, antara lain : Sistem Pengolahan (SeisComP3) dengan fitur-fitur terbaru serta Sistem Modelling
Tsunami (TOAST) yang sudah dilengkapi dengan 18000 skenario di seluruh Indonesia.Capaian tahun ini, sistem back up di Bali hampir mendekati sistem di Jakarta, baik itu dari segi pengolahan data maupun system diseminasi informasi.Tahun 2020 dicanangkan Penguatan Infrastruktur khusus sebagai Back-up Operasional InaTEWS BALI, sehingga diharapkan ketika Jakarta mengalami trouble/ system InaTEWS Jakarta down, Bali sudah benar-benar siap menjadi full back up InaTEWS Jakarta.Disamping itu, Taufik Gunawan selaku Kepala Balai Besar BMKG Wilayah III Denpasar, juga menyampaikan laporan Gempa bumi yang baru saja terjadi di daerah Seririt-Buleleng dengan M 5.1 yang cukup membuat warga Buleleng panik sehingga menimbulkan keresahan akibat banyak beredarnya informasi HOAX di masyarakat.Di sela-sela kunjungan tersebut, Gubernur Bali juga menyampaikan permasalahan sampah tahunan tiap memasuki musim penghujan yang disinyalir sebagai sampah kiriman akibat arah angin dan arus laut.BMKG Balai Besar Wilayah III, merekomendasikan untuk mengantisipasinya dengan menyiapkan tim dari dinas kebersihan di Pesisir Barat Pulau Bali dan menyiapkan jaring untuk memfilter sampah di laut sehingga tidak masuk ke area pantai tempat wisatawan berkunjung, terutama saat bertiup Angin Barat.Pertemuan tersebut ditutup dengan pemberian souvenir dari Kepala BMKG kepada Gubernur Bali berupa buku Gejer Bali, laporan Gempa Buleleng, poster Gempabumi dan Tsunami, buletin ICIG (Informasi Cuaca, Iklim dan Gempa bumi), dan buku data klimatologi provinsi Bali.
Baca Juga :